MAKALAH
PENDIDIKAN ADALAH PROSES SOSIALISASI
PENDIDIKAN ADALAH PROSES SOSIALISASI
Gagasan
pendidikan sebagai sebuah proses sosialisasi bersumber dari konsep utama pendidikan
sosiolog besar Max Weber (1920). Sosialisasi merupakan sebuah proses belajar
dari individu untuk menjadi anggota masyarakat. Secara lebih rinci Kingsley
Davis (1960) menyatakan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses penyampain
pengetahuan dan pewarisan kebudayaan serta tingkah laku dari satu generasi
kegenerasi berikutnya sehingga seorang yang baru dilahirkan akan dapat mengerti
dan dapat memasuki kehidupan suatu masyarakat dimana ia dibesarkan, melalui
pengalaman pribadi, pengalaman berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan
sosial, dan melalui komunikasi simbolik dimana faktor bahasa memegang peranan
penting.
Kunci
utama sosialisasi adalah kemauan diri sendiri, upaya sadar untuk mengerti
kemampuan diri. Dalam sosiologi pendidikan, kajian terhadap sosiologi merupakan
konsep menarik untuk membangun kepribadian anak didik. Sosialisasi dibutuhkan
dalam rangka melaksanakan proses pendidikan yaitu mendewasakan anak didik,
mengenal, memahami dan menyerap nilai-nilai yang berguna bagi kehidupannya. Pendekatan
sosiologi mengenal tiga konsep sosialisasi yang berasal dari tiga perspektif
teori sosiologi, yaitu fungsionalisme, konflik dan interaksionisme simbolik
(Murphy dalam Frank J Sidney C.Miflen, 1985). Persektif teoritis ini memiliki
kekuatan untuk memetakan perilaku sosilalisasi dalam proses pendidikan , yaitu
untuk menerangkan konsep sosialisasi, unsure penunjang , peran sekolah dan
upaya reformasi pendidikan.
TABEL
SOSIALISASI
DALAM OPTIK FUNGSIONALISME, KONFLIK DAN INTERAKSIONIS SIMBOLIK
Konsep
|
funsionalisme
|
konflik
|
Interaksionis
simbolik
|
Konsep
sosialisasi
|
Ditujukan
mempersipkan anak mencapai peran sosial
|
Melegitimasi
kedudukan kelas social dalam masyarakat
|
*Keberadaan
individu(mikro )dalam hubungannyadengan kekuatan kekuatan diluarnya.
*Kehidupan social
hanya bermakna pada tingkat individu dalam interaksi social
|
Unsur
penunjang
|
*evolusi
struktur social
*masyarakat
terintegrasi (pendekatan Human capital)
|
*struktur
tak riil
*kebutuhan
elit terakomodasi(distribusi-tidak berimbang)
*legitimasi,
otoritas kekuasaan
|
|
Peran
sekolah
|
·
Pembentukan tipe kepribadina yang
sadar akan kewarganegaraan nya dan identitas negara sebagai nation (atas
pilihan rasional berdasarkan ilmu pengetahuan)
|
·
Suatu lembaga lain dalam super
struktur (lembaga penting dalam masyarakat kapitalis yang di kuasai elit
ekonomi)
·
Tujuan sekolah adalah
melegitimasi kelas penguasa yang merupakan cirri-ciri cara berproduksi dengan
mempertahankan kedudukan istimewa yang mereka dapat karena keturunan
(asskripsi)
|
Tempat
pembenihan makna subjektif dalam masyarakat
|
Reformasi
pendidikan
|
Dapat
terjadi secara dalam masyarakat kapitalis
|
Tidak
mungkin terjadi dalam masyarakat
|
Tergantung
pada kekuatan eksternal di masyarakat
|
(Sumber
dari Agus Salim, 2007: 112)Tabel
1
Peran
sekolah dalam masyarakat memiliki pengertian yang beragam dalam perspektif
fungsionalisme, peran sekolah menjadi sangat jelas yaitu membentuk kepribadian
yang sadar akan masyarakatnya. System sosial akan mengendalikan perilaku murid
dalam lembaga sekolah, ia akan bekerja untuk kepentingan system sosial yang
sangat luas. Aliran konflik peran sekolah sebagai bagian dari super struktur
masyarakat, yang secara dominan melegitimasi keberadaan kelas-kelas sosial.
Sekolah adalah bagian kepentingan masyarakat dalam mempertahankan struktur sosial
yang telah dimilikinya, sehingga lembaga ini bersifat tertutup; melayani
kepentingan kelas sosial tertentu. Tetapi dalam pandangan interaksionisme
simbolik, sekolah merupakan tempat bagi pembenihan makna subjektif dalam
masyarakat. Norma dan nilai adalah kebutuhan masyarakat, individu
dikonstruksikan untuk mendukung keberadaan norma dan nilai tersebut. Lembaga
pendidikan sekolah adalah tempat dimana orang harus dibentuk demi kepentingan
komunitas-individu adalah pribadi yang aktif mencari dan menemukan
keberadaannya agar dapat hidup didalam masyarakatnya.
Upaya
reformasi pendidikan yang selama ini digulirkan banyak pihak menjadi fenomena
yang tidak kalah menariknya. Bagi mereka yang menggunakan pendekatan struktural-fungsional,
reformasi pendidikan akan berlangsung dengan baik dalam system masyarakat yang
kapitalistik. Sebaliknya mereka yang menggunakan pendekatan konflik, reformasi
pendidikan tidak mungkin dapat dilakukan karena struktur masyarakat telah
demikian tertutup dan di kuasai oleh para pemodal, sehingga tidak menyisakan
ruang bagi mobilitas sosial vertikal.
Dari
orientasi terhadap konsepsi tersebut, sosialisasi pendidikan menjadi sebuah
bentuk yang sangat terbuka. Pemahaman sosialisasi pendidikan menjadi wacana
akademis yang bisa didekati dengan beragam pemikiran. Dalam perspektif
pendekatan sosiologi, konsep sosialisasi sangat tergantung pada rancang bangun
teoritik yang mendasari. Sosiologi pendidikan akan menjadi forum yang sangat
penting guna menhadapi fenomena persekolahan yang muncul dilembaga ini.
Sosiologi pendidikan di Indonesia pada masa depan akan lebih memusatkan
perhatian kepada bentuk-bentuk ketidak samaan yang terjadi disekolah. Hal ini
sebagian besar disebabkan oleh motivasi, aspirasi masyarakat, belanja
pendidikan, rumah tangga, dan faktor tersebut dipertajam oleh timbulnya
kebijakan yang memihak, serta prestise dan kekuasaan yang tidak sama.
Fenomena itu
akan dapat diamati dengan jernih lewat penggunaan teori-teori sosiologi yang
khusus dipergunakan bagi kepentingan pendidikan. Meskipun perspektif
fungsionalisme dan konflik yang memiliki pola pandang bertentangan tentang
sosialisasi anak, tetapi ada berbagai variasi yang bisa dipakai untuk melihat
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan itu.
Secara umum mazhab fungsionalisme dan konflik
menggangap organisasi sosial sebagai sesuatu yang obyektif, sesuatu yang berada
“diluar sana” sebagai suatu yang riil. Dengan demikian organisasi sosial dan
kelembagaan sekolah memiliki arti tersendiri dengan tidak menghiraukan unsur
pengamat. Tetapi pendekatan interaksionisme simbolik sebagai sebuah pendekatan
yang lebih subyektif, hubungan antara individu dan lembaga sekolah memiliki
arti relative khusus (subyektif) bagi perkembangan individu. Disini individu
yang terdiri dari beragam asal lingkungan akan mendefinisikan sesuatu dengan
cara yang berbeda-beda, tergantung pada makna khusus yang dapat diserap oleh
mereka.
No comments:
Post a Comment