Sunday, March 19, 2017

artikel jurnal


MAKALAH
PENDIDIKAN ADALAH PROSES SOSIALISASI

Gagasan pendidikan sebagai sebuah proses sosialisasi bersumber dari konsep utama pendidikan sosiolog besar Max Weber (1920). Sosialisasi merupakan sebuah proses belajar dari individu untuk menjadi anggota masyarakat. Secara lebih rinci Kingsley Davis (1960) menyatakan bahwa sosialisasi merupakan suatu proses penyampain pengetahuan dan pewarisan kebudayaan serta tingkah laku dari satu generasi kegenerasi berikutnya sehingga seorang yang baru dilahirkan akan dapat mengerti dan dapat memasuki kehidupan suatu masyarakat dimana ia dibesarkan, melalui pengalaman pribadi, pengalaman berhubungan dengan orang lain dalam kehidupan sosial, dan melalui komunikasi simbolik dimana faktor bahasa memegang peranan penting.
Kunci utama sosialisasi adalah kemauan diri sendiri, upaya sadar untuk mengerti kemampuan diri. Dalam sosiologi pendidikan, kajian terhadap sosiologi merupakan konsep menarik untuk membangun kepribadian anak didik. Sosialisasi dibutuhkan dalam rangka melaksanakan proses pendidikan yaitu mendewasakan anak didik, mengenal, memahami dan menyerap nilai-nilai yang berguna bagi kehidupannya. Pendekatan sosiologi mengenal tiga konsep sosialisasi yang berasal dari tiga perspektif teori sosiologi, yaitu fungsionalisme, konflik dan interaksionisme simbolik (Murphy dalam Frank J Sidney C.Miflen, 1985). Persektif teoritis ini memiliki kekuatan untuk memetakan perilaku sosilalisasi dalam proses pendidikan , yaitu untuk menerangkan konsep sosialisasi, unsure penunjang , peran sekolah dan upaya reformasi pendidikan.
TABEL
SOSIALISASI DALAM OPTIK FUNGSIONALISME, KONFLIK DAN INTERAKSIONIS SIMBOLIK
Konsep
funsionalisme
konflik
Interaksionis simbolik
Konsep sosialisasi
Ditujukan mempersipkan anak mencapai peran sosial
Melegitimasi kedudukan kelas social dalam masyarakat
*Keberadaan individu(mikro )dalam hubungannyadengan kekuatan kekuatan diluarnya.
*Kehidupan social hanya bermakna pada tingkat individu dalam interaksi social

Unsur penunjang
*evolusi struktur social
*masyarakat terintegrasi (pendekatan Human capital)

*struktur tak riil
*kebutuhan elit terakomodasi(distribusi-tidak berimbang)
*legitimasi, otoritas kekuasaan

Peran sekolah
·         Pembentukan tipe kepribadina yang sadar akan kewarganegaraan nya dan identitas negara sebagai nation (atas pilihan rasional berdasarkan ilmu pengetahuan)
·         Suatu lembaga lain dalam super struktur (lembaga penting dalam masyarakat kapitalis yang di kuasai elit ekonomi)
·         Tujuan sekolah adalah melegitimasi kelas penguasa yang merupakan cirri-ciri cara berproduksi dengan mempertahankan kedudukan istimewa yang mereka dapat karena keturunan (asskripsi)
Tempat pembenihan makna subjektif dalam masyarakat
Reformasi pendidikan
Dapat terjadi secara dalam masyarakat kapitalis
Tidak mungkin terjadi dalam masyarakat
Tergantung pada kekuatan eksternal di masyarakat
(Sumber dari Agus Salim, 2007: 112)Tabel 1
Peran sekolah dalam masyarakat memiliki pengertian yang beragam dalam perspektif fungsionalisme, peran sekolah menjadi sangat jelas yaitu membentuk kepribadian yang sadar akan masyarakatnya. System sosial akan mengendalikan perilaku murid dalam lembaga sekolah, ia akan bekerja untuk kepentingan system sosial yang sangat luas. Aliran konflik peran sekolah sebagai bagian dari super struktur masyarakat, yang secara dominan melegitimasi keberadaan kelas-kelas sosial. Sekolah adalah bagian kepentingan masyarakat dalam mempertahankan struktur sosial yang telah dimilikinya, sehingga lembaga ini bersifat tertutup; melayani kepentingan kelas sosial tertentu. Tetapi dalam pandangan interaksionisme simbolik, sekolah merupakan tempat bagi pembenihan makna subjektif dalam masyarakat. Norma dan nilai adalah kebutuhan masyarakat, individu dikonstruksikan untuk mendukung keberadaan norma dan nilai tersebut. Lembaga pendidikan sekolah adalah tempat dimana orang harus dibentuk demi kepentingan komunitas-individu adalah pribadi yang aktif mencari dan menemukan keberadaannya agar dapat hidup didalam masyarakatnya. 
Upaya reformasi pendidikan yang selama ini digulirkan banyak pihak menjadi fenomena yang tidak kalah menariknya. Bagi mereka yang menggunakan pendekatan struktural-fungsional, reformasi pendidikan akan berlangsung dengan baik dalam system masyarakat yang kapitalistik. Sebaliknya mereka yang menggunakan pendekatan konflik, reformasi pendidikan tidak mungkin dapat dilakukan karena struktur masyarakat telah demikian tertutup dan di kuasai oleh para pemodal, sehingga tidak menyisakan ruang bagi mobilitas sosial vertikal.
Dari orientasi terhadap konsepsi tersebut, sosialisasi pendidikan menjadi sebuah bentuk yang sangat terbuka. Pemahaman sosialisasi pendidikan menjadi wacana akademis yang bisa didekati dengan beragam pemikiran. Dalam perspektif pendekatan sosiologi, konsep sosialisasi sangat tergantung pada rancang bangun teoritik yang mendasari. Sosiologi pendidikan akan menjadi forum yang sangat penting guna menhadapi fenomena persekolahan yang muncul dilembaga ini. Sosiologi pendidikan di Indonesia pada masa depan akan lebih memusatkan perhatian kepada bentuk-bentuk ketidak samaan yang terjadi disekolah. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh motivasi, aspirasi masyarakat, belanja pendidikan, rumah tangga, dan faktor tersebut dipertajam oleh timbulnya kebijakan yang memihak, serta prestise dan kekuasaan yang tidak sama.
Fenomena itu akan dapat diamati dengan jernih lewat penggunaan teori-teori sosiologi yang khusus dipergunakan bagi kepentingan pendidikan. Meskipun perspektif fungsionalisme dan konflik yang memiliki pola pandang bertentangan tentang sosialisasi anak, tetapi ada berbagai variasi yang bisa dipakai untuk melihat kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan itu.
Secara umum mazhab fungsionalisme dan konflik menggangap organisasi sosial sebagai sesuatu yang obyektif, sesuatu yang berada “diluar sana” sebagai suatu yang riil. Dengan demikian organisasi sosial dan kelembagaan sekolah memiliki arti tersendiri dengan tidak menghiraukan unsur pengamat. Tetapi pendekatan interaksionisme simbolik sebagai sebuah pendekatan yang lebih subyektif, hubungan antara individu dan lembaga sekolah memiliki arti relative khusus (subyektif) bagi perkembangan individu. Disini individu yang terdiri dari beragam asal lingkungan akan mendefinisikan sesuatu dengan cara yang berbeda-beda, tergantung pada makna khusus yang dapat diserap oleh mereka.


No comments:

Post a Comment