ARTIKEL
BOOK REVIEW IVAN ILLICH’S - DESCHOOLING
BOOK REVIEW IVAN ILLICH’S - DESCHOOLING
BAB I
PENDAHULUAN
INTRODUCTION
UUseful
Education is education that awaken a critical attitude towards the world and
then direct changes. In the face of the world, education is directed not only
on the ability of verbal rhetoric, but also lead to behavior that rests on the
education of professional ability. To have the ability it should certainly
stimulated a critical attitude to the realities around him, and armed with a
critical attitude it through debate and discussion will be found a variety that
he personally experienced and society.
Human
Resources is a resource that is very important for the country. These
resources, when upgraded and has a high quality, will greatly determine the
progress of a nation. One effort to improve the human resources is to implement
the education at various levels.
Various kinds
of theories related to education then born out of the thoughts of the experts.
Thoughts regarding this education will only be a mere utopia when not embodied
in educational praxis. One effort of translation of these theories is to establish
a school.
When the
beginning of the school is an extension of the education that has previously
carried out by the parents. Even this task to carry out education and then
switch from the parents to the school. Schools then believed parents to implement
the education for their children. Schools, for some parents, and even believed
to be a process that must be endured their children. School for some parents,
to borrow a phrase Illich, an initiation ritual that will determine the future
of children.
Indonesian
education like a vicious circle. While the government asked all teachers must
be certified by first should have higher education, masyarakatpun complain with
increasingly high cost of education, especially higher education. On the other
hand, institutions of higher education "suppliers" of certified
teachers (higher education institutions that have teacher training
departments), are also often criticized for its inability to prepare graduates
who are qualified and competent in their field. Institutions of higher
education have been accused of giving birth graduates half, do not even deserve
to be a teacher. Graduates bersertfikatpun it also does not necessarily have
competence.
Therefore, the
school as a formal place in the learning process should be able to provide
professional educators who really - really master their field and can
disseminate knowledge to the learners who will one day be able to produce
graduates who are professional and competent.
Ivan Illich (4
September 1926-2 December 2002) was a priest struggling with a lot of research
on alternative institutions, with a focus on the study of Latin America. As a
philosopher and social critic, Illich wrote a number of books on the criticism
against modern culture, which spanned a range of issues, from education,
medical care, employment, energy use, development, and gender. Thought to be
highlighted in this paper, is the educational thought Ivan Illich in his
controversial book entitled "Deschooling Society".
Schools, in
view of Illich, is the institution that divides society into social classes
highly inegalitarian longer discriminatory. The school considered as an
educational institution in the industrial era that has become so mechanistic
but humanitarian drain (dehumanization). The education system in schools is a
praxis that is not congruent with education itself. School children then have a
new logic, learning is considered as a result of the learning process is
organized by the school, the more teaching the more the result, adding the material
that will facilitate success. Illich banged public awareness to immediately
carry out the cultural revolution, ie, by testing the myths that exist in
radically social institutions that had been established in view of the public.
Pendidikan
yang berguna adalah pendidikan yang menyadarkan sikap kritis terhadap dunia dan
kemudian mengarahkan perubahannya. Dalam menghadapi dunia, pendidikan diarahkan
tidak hanya pada kemampuan retorika yang bersifat verbal, akan tetapi juga
mengarah kepada pendidikan kelakuan yang bertumpu pada kemampuan profesional.
Untuk memiliki kemampuan itu tentunya harus dirangsang sikap kritis terhadap
kenyataan-kenyataan di sekelilingnya dan berbekal dengan sikap kritis itu melalui
debat dan diskusi akan ditemukan berbagai yang dialaminya sendiri dan
masyarakatnya.
Sumber Daya
Manusia merupakan sumber daya yang sangat penting bagi negara. Sumber daya ini,
ketika ditingkatkan dan mempunyai kualitas yang tinggi, akan sangat menentukan
kemajuan suatu bangsa. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia
tersebut adalah dengan melaksanakan pendidikan di berbagai tingkatan.
Berbagai macam
teori-teori berkaitan dengan pendidikan kemudian lahir dari pemikiran-pemikiran
para ahli. Pemikiran-pemikiran mengenai pendidikan ini hanya akan menjadi
utopia belaka tatkala tidak diejawantahkan dalam praksis pendidikan. Salah satu
upaya penerjemahan teori-teori tersebut adalah dengan mendirikan sekolah.
Sekolah ketika
awal berdirinya merupakan perpanjangan tangan dari pendidikan yang telah
terlebih dahulu dilaksanakan oleh para orang tua. Tugas untuk melaksanakan
pendidikan inipun kemudian beralih dari para orang tua kepada sekolah. Sekolah
kemudian dipercaya orang tua untuk melaksanakan pendidikan bagi anak-anak
mereka. Sekolah, bagi sebagian orang tua, bahkan dipercaya sebagai proses yang
harus dijalani anak-anak mereka. Sekolah bagi sebagian orang tua, meminjam
istilah Illich, merupakan inisiasi ritual yang akan sangat menentukan masa
depan anak-anak.
Dunia
pendidikan Indonesia bak lingkaran setan. Sementara pemerintah meminta semua
guru harus bersertifikasi dengan terlebih dahulu harus mengenyam pendidikan
tinggi, masyarakatpun mengeluh dengan semakin mahalnya biaya pendidikan,
terutama pendidikan tinggi. Di sisi lain, lembaga-lembaga pendidikan tinggi
“pemasok” guru bersertifikat (lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai jurusan
keguruan), seringkali juga dikritik karena ketidakmampuannya menyiapkan lulusan
yang berkualifikasi dan kompeten di bidangnya. Lembaga pendidikan tinggi ini
dituding melahirkan lulusan yang setengah-setengah, bahkan tidak pantas menjadi
seorang guru. Lulusan bersertfikatpun ternyata juga belum tentu memiliki
kompetensi.
Oleh sebab itu
sekolah sebagai tempat formal dalam proses belajar harus mampu menyediakan
pengajar yang profesional benar – benar menguasai bidangnya serta bisa
mensosialisasikan ilmunya bagi peserta didik
yang nantinya kelak bisa menghasilkan lulusan yang profesional dan
berkompeten.
Ivan Illich (4
September 1926 - 2 Desember 2002) adalah seorang rohaniawan yang banyak
bergelut dengan penelitian mengenai institusi alternatif dengan fokus studi
mengenai Amerika Latin. Sebagai filosof dan kritikus sosial, Illich menulis
sejumlah buku bertema kritik-kritik terhadap kultur modern, yang membentang
dalam berbagai isu, mulai pendidikan, pengobatan, pekerjaan, penggunaan energi,
pembangunan, dan gender. Pemikiran yang akan disoroti dalam tulisan ini, adalah
pemikiran pendidikan Ivan Illich dalam buku kontroversialnya yang berjudul
“Deschooling Society”.
Sekolah, dalam
pandangan Illich, adalah lembaga pendidikan yang membagi masyarakat ke dalam
kelas-kelas sosial yang sangat tidak egaliter lagi diskriminatif. Sekolah
dianggap sebagai lembaga pendidikan dalam era industri yang telah menjadi
sedemikian mekanistik namun memperkurus kemanusiaan (dehumanisasi).
Penyelenggaraan pendidikan disekolah merupakan praksis yang tidak sebangun
dengan pendidikan itu sendiri. Murid-murid sekolah kemudian mempunyai logika
baru, belajar dianggap sebagai hasil proses pembelajaran yang diadakan oleh
sekolah, semakin banyak pengajaran maka semakin banyak hasilnya, menambah
materi maka akan semakin mempermudah keberhasilan. Illich menggedor kesadaran
masyarakat untuk segera melakukan revolusi budaya, yakni dengan menguji
mitos-mitos yang ada dalam lembaga sosial secara radikal yang selama ini telah
mapan dalam pandangan masyarakat.
BAB II
DESKRIPSI ISI BUKU
1.
Pendahuluan
Pendidikan yang selama ini dianggap sebagai pahlawan dalam menegakkan
kebenaran, pahlawan dalam membangun bangsa. Ternyata ini hanyalah sebuah topeng
untuk mengelabui para konsumennya. Dengan segala semboyan atas nama pembangunan
dan perkembangan anak didik, mereka para praktis pendidikan mulai melebarkan
sayapnya, terbukti dengan menjamurnya sistem persekolahan dimana-mana, dan kini
sekolah dianggap jalan hidup bagi manusia modern, dengan sebuah asumsi mereka
yang tidak sekolah berarti mereka terbelakang, orang yang terbelakang adalah
orang yang bodoh.
Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam kehidupan
manusia, karna dengan pendidikan manusia akan menuai perubahan dalam dirinya,
dari tidak tahu menjadi tahu, bahkan lebih dari itu manusia akan terangkat
derajatnya dengan pendidikan. Dari sinilah kita menyadari bahwa pentingnya
pendidikan dalam rangka menumpas kebodohan dan memanusiakan mannusia. Imanuel
Kant dalam bukunya Encyclopedia of
Psychology of Education mengatakan bahwa manusia hanya dapat menjadi
manusia dalam karna pendidikan. "Man
Can Become Man Through Education Only".
Akan tetapi ditangan Ivan Illich sebuah sekolah hanyalah merupakan
belenggu dan jeruji besi yang menghalangi kebebasan anak manusia dalam meraih
kehidupannya. Sekolah akan merenggut daya kreasi dan kreativitas anak didik,
sekaligus akan membuatnya lamban dalam untuk berkembang. Sehingga hanya
menimbalkan efek pasif, penakut, dan jauh dari pemikiran kritis. Sekolah
baginya bukan lagi tempat yang aman, nyaman, dalam memperoleh pendidikan tak
lain baginya sekolah hanyalah sebuah penjara.
Benarkah pendidikan hanya satu-satunya lembaga yang memiliki otoritas
dalam dunia pendidikan? Benarkah orang yang tidak sekolah adalah orang yang
tidak berpendidikan? Pertanyaan inilah yang menuai banyak kritikan dari
kalangan ahli pendidikan sebut saja Ivan Illich(Deschooling Society) dan
teman-temannya seperti Paulo Freire (Kapitalisme Pendidikan) Calk Rogers,
Abraham Maslow dan masih banyak lagi.
2.
Sekilas
Tentang Biografi Ivan Illich
Ivan Illich di lahirkan di Wina ibu kota dari Negara Austria pada tahun
1926, Illich kecil merupakan murid yang pintar di sekolahannya dan cerdas di
antar teman-temannya. Sejak ia kecil selalu mendapatkan kasih sayang,
pendidikan, dan pelajaran dari kedua orang tuanya.
Setelah lulus dari sekolah dasar, Ivan Illich melanjutkan studinya ke
Universitas Gergoriana, Roma, Italia. Ia mempelajari teologi hingga akhiranya
keluar sebagai sarjana. Kemudian melanjutkan lagi ke Universitas Salzburg,
hingga pada akhirnya ia di nobatkan sebagai guru besar sejarah dan imam Gereja
Katolik Roma.
Pada tahun 1956-1969, Ivan Illich mendapatkan penghormatan untuk
menjadi pemimpin seminar-seminar dalam penelitian tentang Institusional Alternative In a Technological Society dengan
mefokuskan studi-studi Amerika Latin. Ditahun
1981 ia menjadi Profesor tamu di Gottingen dan Berlin di Jerman.
Ivan Illich besar saat ini di kenal sebagai "humanisme radikal" dan tokoh pendidikan yang kontoroversial
dengan ide-ide pembebasannya tentang sistem persekolahan. Ia merupakan orang
yang memiliki kepribadian yang langka, kegembiraan yang besar, wawasan yang
luas, dan daya cipta yang subur. Pada akhirnya ia wafat pada tanggal 2 Desember
2002.
3.
Ivan
Illich dan Gagasannya (Deschooling Society)
Sebuah gagasan yang dikemukakan Illich semasa hidupnya adalah gagasan
untuk membebaskan manusia dari belenggu sekolah, yang ia anggap adalah penjara
hak manusia untuk bebas. Dari gagasannya itu seolah-olah ia mencoba untuk
menggedor kesadaran kita untuk segera membuat Revolusi Budaya, yakni: sekali
lagi menguji secara mendasar mitos-mitos sosial dan lembaga-lembaga yang ada di
era industri-teknologi yang semakin mekanistik, anonim, massal, namun memperkurus
kemanusiaan.
Telaah atas realitas 'kemajuan' yang amat komplek tersebut dimulai
Illich dengan membedahnya dari sudut sekolah. Menurut dia, sekolah tidak
otomatis sama dan sebangun dengan pendidikan; justru memfrustrasikan anak
didik; mensponsori 'kemajuan pembangunan' yang mengagung-agungkan produksi.
Universitas pun terancam menjadi sekedar pencetak dan pemasok tukang-tukang
yang melayani masyarakat kapitalis-konsumeristik; memberi ijazah tanda
legitimasi, dan mendesak ke pinggir orang-orang yang tidak cocok dengannya.
Ivan Illich melalui buku yang semula berjudul Deschooling Society ini jelas-jelas mengatakan bahwa anggapan
mengenai sekolah sebagai satu-satunya lembaga pendidikan adalah bias dari
kehidupan kapitalis yang telah merasuk dalam kesadaran masyarakat. Menurut
Illich, sekolah adalah fenomena modern yang lahir seiring dengan perkembangan
masyarakat industri kapitalistik. Konspirasi terselubung antara pendidikan dan
kapitalisme ini juga tak lepas dari dukungan pemerintah (kekuasaan) sehingga
daya hegemonik yang diciptakannya menjadi cukup massif.
Kehadiran sekolah juga telah membatasi usia seseorang dengan tingkat
pendidikan yang dapat diikutinya. Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan orang
tua dibagi dan dipaket untuk tingkat pendidikan tertentu. Seorang anak-anak
menurut Illich melewati suatu proses konflik yang tidak manusiawi ketika oleh
sistem masyarakat diharuskan masuk dalam lembaga sekolah. Anak-anak terpaksa
melewati masa kecilnya dengan kurang bahagia.
Kondisi pendidikan yang sedemikian itu bagi Illich telah mengabaikan
motivasi tiap individu bagi aktivitas pendidikan yang diikutinya, dan
memasukkan individu ke dalam struktur mekanis kebutuhan industri terhadap
posisi-posisi tertentu masyarakat kapitalis. Pendidikan hanya menjadi pelayan
kapitalisme.
Gagasan Ivan Illich untuk membebaskan masyarakatr dari sekolah karena
situasi dan kondisi sekolah pada saat ia belajar di sekolah dasar tepatnya di
Amerika Latin. Menurut Illich, pendidikan yang berlangsung pada saat itu tidak
mampu menjawab semua persoalan bahkan tidak mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh siswa. Sekolah hanya memaksa siswa untuk memanjat tangga
pendidikan yang tidak berujung dan tidak bermutu. Sekolah hanya mendorong siswa
untuk mengasingkan dirinya dari hidup.
Sehingga sistem pendidikan pada saat itu dapat diandaikan sebagai
sebuah Bank (banking concept of education)
dimana pelajar diberi ilmu pengetahuan agar ia kelak dapat hasil yang berlipat
ganda dari modal yang ia keluarkan. Jadi, guru yang ada di dalam kelas adalah
sebyek aktif, sedangkan anak didik adalah objek pasif yang penurut. Pendidikan
akhirnya bersifat negatif di mana guru memberikan informasi yang harus ditelan
yang wajib diingat dan dihafalkan.
Sistem pendidikan yang berlangsung pada saat itu secara alami telah
menciptakan sebuah kebisaan-kebiasaan yang tidak diharapkan oleh pendidikan
saat ini. Diantara kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung di sekolah waktu itu
adalah:
1.
Guru mengajar, siswa diajar
2.
Guru tahu segalanya, siswa tidak tahu segalanya
3.
Guru berfikir, siswa difikirkan
4.
Guru berbicara, siswa mendengarkan
5.
Guru mengatur, siswa yang diatur
6.
Guru memilih apa yang akan diajarkan, siswa
menyesuaikan diri
7.
Guru adalah subyek, siswa adalah obyeknya
Dari keterangan di atas, kita sejenak berfikir tentang sistiem
pendidikan yang berlangsung saat itu di Amerika Latin saat Ivan Illich hidup
dan bersekolah di dalamnya. Di mana sekolah telah bergeser dari nilai-nilai
luhurnya. Maka wajar kemudian Ivan Illich mengkritik habis-habisan model
pendidikan yang dikembangkan di sekolah-sekolah yang terdapat di Amerika Latin.
Maka, menurutnya sekolah harus tiadakan, dan ia yakin tujuan peniadaan sekolah
dalam masyarakat akan menjamin siswa dapat memperoleh kebebasan dalam belajar.
Illich mengusulkan bahwa lembaga pendidikan (formal) baru yang ideal
adalah lembaga yang bertolak dari asumsi motivasi pribadi untuk belajar, serta
adanya ketersediaan dan akses terhadap sarana bagi semua orang yang ingin
belajar dan mengajar. Usul Illich tersebut berpusat pada upaya pemanfaatan
jaringan-jaringan sumber daya pendidikan untuk dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Berbagai fasilitas umum yang dapat digunakan sebagai perangkat
pendidikan harus dibuka aksesnya bagi semua orang yang ingin belajar:
perpustakaan, laboratorium, museum, teater, pabrik, dan sebagainya. Birokrasi
ketat harus dienyahkan sehingga jasa referensial yang dimiliki sarana-sarana
itu dilepas untuk kepentingan pendidikan seluas-luasnya.
BAB III
ANALISI ISI BUKU
Sekolah dalam
pandangan empirik memiliki tujuan yang positif baik bagi pribadi seseorang
maupun negara. Namun tokoh Ivan Illich memiliki pandangan yang berbeda mengenai
sekolah, Ivan Illich memandang sekolah dari sisi probabilitas yang sebaliknya.
Pandangannya menyatakan bahwa sekolah adalah lembaga pendidikan yang membagi
masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial yang tidak sama derajatnya, sehingga
menimbulkan adanya kelas-kelas sosial dalam hidup bermasyarakat. Hal ini dapat
dilihat dalam kehidupan di sekitar kita dimana seseorang yang menempuh
pendidikan tinggi akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibanding dengan
seseorang yang tidak menempuh pendidikan formal.
Sekolah dalam
pelaksanaannya dianggap sebagai lembaga pendidikan yang sudah memperhitungkan
keuntungan dan kerugian dengan mengurangi adanya kemanusiaan. Penyelenggaraan
pendidikan disekolah merupakan praksis yang tidak sebangun dengan pendidikan
itu sendiri. Faktor ekonomi menjadi salah satu pemicunya, bagi mereka yang
mampu membayar biaya sekolah akan tidak memiliki hambatan dalam menempuh
jenjang pendidikan sampai pada jenjang yang mereka inginkan dan akan sebaliknya
bagi mereka yang tidak mampu membayar biaya sekolah.
Belajar
dianggap sebagai hasil proses pembelajaran yang diadakan oleh sekolah, semakin
banyak pengajaran maka semakin banyak hasilnya, menambah materi maka akan
semakin mempermudah keberhasilan. Hal tersebut memang tidak memandang adanya
perbedaan kemampuan dari masing-masing orang.
Pandangan Ivan
Illich mengenai sekolah ini menggugah kesadaran masyarakat untuk segera
melakukan pembenahan budaya dalam pendidikan. Pendidikan yang berguna adalah
pendidikan yang menyadarkan sikap kritis peserta didik terhadap dunia dan
kemudian mengarahkan perubahannya. Untuk menghadapi kehidupan dunia yang
senantiasa mengalami perubahan, pendidikan diarahkan tidak hanya pada bujukan
kemampuan yang bersifat formal, akan tetapi juga mengarah kepada pendidikan
kelakuan yang bertumpu pada kemampuan profesional.
Pelaksanaan
pendidikan baru-baru ini nampaknya tidak semata-mata mengesampingkan gagasan
dari Ivan Illich. Masyarakat untuk dapat memperoleh kemampuan yang telah
menjadi tujuan pendidikan tersebut dapat dirangsang dengan membiasakan terhadap
sikap kritis terhadap kenyataan-kenyataan di sekelilingnya. Sikap kritis
tersebut dapat dibangun melalui debat, bekerja sama dan diskusi. Untuk itu,
dengan berbekal sikap kritis akan ditemukan berbagai fenomena yang dialaminya
sendiri dan masyarakat, dan dapat dibangun pula yang awalnya hanya sekedar
pemberdayaan terhadap diri sendiri menjadi pemberdayaan diri dalam masyarakat.
Tesis Illich
telah sampai pada kesimpulan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan telah
menyebabkan langkanya ketrampilan. Permasalahan pada waktu itu mungkin saja
begitu, namun saat ini pelaksanaan pendidikan sudah mengarahkan pada pandangan
Ivan Illich mengenai langkanya keterampilan dengan tidak mengesampingkan peran
sekolah. Sekolah sebagai sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan
pendidikan tidak hanya sebagai pendidikan formal yang menyetir siswa secara aktif,
namun juga memberikan kebebasan peserta didik untuk berkembang sesuai dengan
keinginannya. Adanya perubahan zaman keluarga tidak mungkin lagi memenuhi
seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi. Semakin maju masyarakat, semakin penting peran sekolah dalam
mempersiapkan generasi muda sebelum masuk ke dalam proses pembangunan
masyarakat.
Ivan Illich
yang berpendapat untuk menghapuskan sistem sekolah karena pandangannya tehadap
probabilitas yang seringkali situasi dan kondisi dalam sekolah kurang dapat bisa diterima,
sehingga muncullah gagasan-gagasannya tentang buruknya citra sekolah dengan
segala kepalsuannya.
Gagasan-gagasan
Ivan Illich hanya berusaha menggugah kesadaran kita mengenai sekolah. Inilah
yang menjadi tanggung jawab kita bersama untuk selalu memperbaharui
konsep-konsep pendidikan yang sudah usang dan tidak lagi sesuai. Pemerintah
sebagai penanggung jawab pendidikan juga harus bertanggung jawab terhadap
sekolah. Pihak sekolah juga sebagai penyelenggara pendidikan yang telah
diberikan amanat harus bisa menempatkan diri serta menerapkan teori-teori serta
berbagai konsep yang telah diramu sebagai formula terbaik bagi pendidikan.
BAB IV
KESIMPULAN
Menurut
Illich, sekolah merupakan saran umum yang palsu, sekilas sekolah memang
memberikan kesan terbuka pada semua orang yang datang ke sekolah. Tetapi dalam
kenyataanya sekolah hanya terbuka bagi mereka yang selalu memberbaharui surat
kepercayaan terhadap sekolah tertentu. Maka sekolah diibaratkan seperti jalan
tol, bagi mereka yang mampu membayar biaya sekolah. Maka mereka akan leluasa
masuk kedalam dunia persekolahan dan menikmatinya. Tetapi bagi mereka yang
tidak mampu membayar, maka mereka tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh
pendidikan di sekolah, ini adalah implikasi dari meningginya biaya sekolah yang
menjulang sehingga rakyat bawah tidak dapat mencapainya.
Sekolah saat
ini merupakan sebuah kebutuhan yang semua orang harus dapat meraih dan
menikmatinya, karna manusia tanpa pendidikan tidak akan pernah bisa berarti
dalam kehidupan saat ini. Mungkin hal ini bisa dilihat dari meningkat jumlah
pengangguran dan buruh. Yang notabennya adalah mereka yang putus sekolah, tidak
memiliki kompetensi dalam bidang tertentu, atau juga mereka yang gagala dalam
meraih masa depan.
Dari
penelitian kecil di atas, dapat kita ambil kesimpulan betapa pentingnya arti
sebuah pendidikan pada zaman sekarang. Orang yang tamat sekolah hingga jenjang
S1 pun masih ada yang kurang beruntung dalam lapangan pekerjaan, apalagi yang
tidak makan bangku sekolah sekalipun. Ada ungkapan sya`ir yang sangat bagus
sekali dikeluarkan oleh Victor Hugo" barang siapa yang membuka pintu
sekolah berarti ia telah menutup pintu jeruji penjara" apabila kita ingin mengartikan
ungkapan tersebut maka akan memiliki arti yang luas terhadap pentingnya sekolah
terhadap mengetasan tindak kriminal. Karna di dalam sekolah anak didik akan
menerima banyak pelajaran tentang moral dan akhlak yang dapat membina mereka.
Al-Quran dan
Hadist banyak menyinggung tentang pentingnya menuntut ilmu salah satunya
adalah: "Menuntut ilmu adalah
kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan"
Sistem
pendidikan yang baik menurut Ivan Illich salah satunya adalah: pendidikan harus
memberikan kesempatan kepada semua orang untuk bebas dan mudah meperoleh sumber
belajar pada setiap saat.
Dalam
kehidupan sekarang kita tidak mungkin lagi untuk mengesampingkan peran sekolah
sebagai salah satu media atau perantara bagi umat manusia untuk memperoleh ilmu
dan pendidikan. Karana di sini akan terlihat jelas siapa yang berilmu dan siapa
yang tidak berilmu? Apakah dari keduanya akan mendapatkan kedudukan yang sama?
Tentu tidak, itu adalah jawaban yang tepat. Karena melalui jalur pendidikanlah
manusia akan bisa bernilai dan bermanfaat, baik itu jalur formal, non-formal,
atau in-formal.
Illich yang
berpendat untuk menghapuskan sistem sekolah karna situasi dan kondisi saat ia
berada dalam sekolah kurang dapat bisa diterima, sehingga muncullah
gagasan-gagasannya tentang buruknya citra sekolah dengan segala kepalsuannya.
Kalo saja gagasan Illich saat ini kita telan mentah-mentah kita tidak dapat
bayangkan akan jadi apa manusia di bumi yang hidup tanpa sekolah.
Melihat
kenyataan ini, maka hal yang harusnya menjadi respond dan sikap akan fenomena
dunia pendidikan dewasa ini adalah mengembalikan peran dan fungsi pendidikan
pada relnya. Pendidikan oleh manusia dan untuk memanusiakan. Pada akhirnya
bukan untuk meniadakan sekolah, tapi bagaimana menciptakan sistem pendidikan (sekolah)
yang humanistik, memberi ruang seluas-luasnya untuk pengembangan kreatifitas
dan daya pikir kritis siswa dan membekali anak dengan moralitas. Maka menjadi
hal yang mungkin bila suatu saat nanti sekolah akan benar-benar mampu menjadi
pendukung mesin pencetak generasi muda yang pandai seutuhnya dan terhapusnya
kengerian dunia pendidikan (sekolah) seperti yang dipaparkan Illich.
No comments:
Post a Comment