Sunday, March 19, 2017

ARTIKEL BOOK REVIEW IVAN ILLICH’S - DESCHOOLING



ARTIKEL 
BOOK REVIEW IVAN ILLICH’S - DESCHOOLING

  
BAB I
PENDAHULUAN
INTRODUCTION


UUseful Education is education that awaken a critical attitude towards the world and then direct changes. In the face of the world, education is directed not only on the ability of verbal rhetoric, but also lead to behavior that rests on the education of professional ability. To have the ability it should certainly stimulated a critical attitude to the realities around him, and armed with a critical attitude it through debate and discussion will be found a variety that he personally experienced and society.
Human Resources is a resource that is very important for the country. These resources, when upgraded and has a high quality, will greatly determine the progress of a nation. One effort to improve the human resources is to implement the education at various levels.
Various kinds of theories related to education then born out of the thoughts of the experts. Thoughts regarding this education will only be a mere utopia when not embodied in educational praxis. One effort of translation of these theories is to establish a school.
When the beginning of the school is an extension of the education that has previously carried out by the parents. Even this task to carry out education and then switch from the parents to the school. Schools then believed parents to implement the education for their children. Schools, for some parents, and even believed to be a process that must be endured their children. School for some parents, to borrow a phrase Illich, an initiation ritual that will determine the future of children.
Indonesian education like a vicious circle. While the government asked all teachers must be certified by first should have higher education, masyarakatpun complain with increasingly high cost of education, especially higher education. On the other hand, institutions of higher education "suppliers" of certified teachers (higher education institutions that have teacher training departments), are also often criticized for its inability to prepare graduates who are qualified and competent in their field. Institutions of higher education have been accused of giving birth graduates half, do not even deserve to be a teacher. Graduates bersertfikatpun it also does not necessarily have competence.
Therefore, the school as a formal place in the learning process should be able to provide professional educators who really - really master their field and can disseminate knowledge to the learners who will one day be able to produce graduates who are professional and competent.
Ivan Illich (4 September 1926-2 December 2002) was a priest struggling with a lot of research on alternative institutions, with a focus on the study of Latin America. As a philosopher and social critic, Illich wrote a number of books on the criticism against modern culture, which spanned a range of issues, from education, medical care, employment, energy use, development, and gender. Thought to be highlighted in this paper, is the educational thought Ivan Illich in his controversial book entitled "Deschooling Society".
Schools, in view of Illich, is the institution that divides society into social classes highly inegalitarian longer discriminatory. The school considered as an educational institution in the industrial era that has become so mechanistic but humanitarian drain (dehumanization). The education system in schools is a praxis that is not congruent with education itself. School children then have a new logic, learning is considered as a result of the learning process is organized by the school, the more teaching the more the result, adding the material that will facilitate success. Illich banged public awareness to immediately carry out the cultural revolution, ie, by testing the myths that exist in radically social institutions that had been established in view of the public.


Pendidikan yang berguna adalah pendidikan yang menyadarkan sikap kritis terhadap dunia dan kemudian mengarahkan perubahannya. Dalam menghadapi dunia, pendidikan diarahkan tidak hanya pada kemampuan retorika yang bersifat verbal, akan tetapi juga mengarah kepada pendidikan kelakuan yang bertumpu pada kemampuan profesional. Untuk memiliki kemampuan itu tentunya harus dirangsang sikap kritis terhadap kenyataan-kenyataan di sekelilingnya dan berbekal dengan sikap kritis itu melalui debat dan diskusi akan ditemukan berbagai yang dialaminya sendiri dan masyarakatnya.
Sumber Daya Manusia merupakan sumber daya yang sangat penting bagi negara. Sumber daya ini, ketika ditingkatkan dan mempunyai kualitas yang tinggi, akan sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia tersebut adalah dengan melaksanakan pendidikan di berbagai tingkatan.           
Berbagai macam teori-teori berkaitan dengan pendidikan kemudian lahir dari pemikiran-pemikiran para ahli. Pemikiran-pemikiran mengenai pendidikan ini hanya akan menjadi utopia belaka tatkala tidak diejawantahkan dalam praksis pendidikan. Salah satu upaya penerjemahan teori-teori tersebut adalah dengan mendirikan sekolah.          
Sekolah ketika awal berdirinya merupakan perpanjangan tangan dari pendidikan yang telah terlebih dahulu dilaksanakan oleh para orang tua. Tugas untuk melaksanakan pendidikan inipun kemudian beralih dari para orang tua kepada sekolah. Sekolah kemudian dipercaya orang tua untuk melaksanakan pendidikan bagi anak-anak mereka. Sekolah, bagi sebagian orang tua, bahkan dipercaya sebagai proses yang harus dijalani anak-anak mereka. Sekolah bagi sebagian orang tua, meminjam istilah Illich, merupakan inisiasi ritual yang akan sangat menentukan masa depan anak-anak.
Dunia pendidikan Indonesia bak lingkaran setan. Sementara pemerintah meminta semua guru harus bersertifikasi dengan terlebih dahulu harus mengenyam pendidikan tinggi, masyarakatpun mengeluh dengan semakin mahalnya biaya pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Di sisi lain, lembaga-lembaga pendidikan tinggi “pemasok” guru bersertifikat (lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai jurusan keguruan), seringkali juga dikritik karena ketidakmampuannya menyiapkan lulusan yang berkualifikasi dan kompeten di bidangnya. Lembaga pendidikan tinggi ini dituding melahirkan lulusan yang setengah-setengah, bahkan tidak pantas menjadi seorang guru. Lulusan bersertfikatpun ternyata juga belum tentu memiliki kompetensi.
Oleh sebab itu sekolah sebagai tempat formal dalam proses belajar harus mampu menyediakan pengajar yang profesional benar – benar menguasai bidangnya serta bisa mensosialisasikan ilmunya bagi peserta didik  yang nantinya kelak bisa menghasilkan lulusan yang profesional dan berkompeten.
Ivan Illich (4 September 1926 - 2 Desember 2002) adalah seorang rohaniawan yang banyak bergelut dengan penelitian mengenai institusi alternatif dengan fokus studi mengenai Amerika Latin. Sebagai filosof dan kritikus sosial, Illich menulis sejumlah buku bertema kritik-kritik terhadap kultur modern, yang membentang dalam berbagai isu, mulai pendidikan, pengobatan, pekerjaan, penggunaan energi, pembangunan, dan gender. Pemikiran yang akan disoroti dalam tulisan ini, adalah pemikiran pendidikan Ivan Illich dalam buku kontroversialnya yang berjudul “Deschooling Society”.
Sekolah, dalam pandangan Illich, adalah lembaga pendidikan yang membagi masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial yang sangat tidak egaliter lagi diskriminatif. Sekolah dianggap sebagai lembaga pendidikan dalam era industri yang telah menjadi sedemikian mekanistik namun memperkurus kemanusiaan (dehumanisasi). Penyelenggaraan pendidikan disekolah merupakan praksis yang tidak sebangun dengan pendidikan itu sendiri. Murid-murid sekolah kemudian mempunyai logika baru, belajar dianggap sebagai hasil proses pembelajaran yang diadakan oleh sekolah, semakin banyak pengajaran maka semakin banyak hasilnya, menambah materi maka akan semakin mempermudah keberhasilan. Illich menggedor kesadaran masyarakat untuk segera melakukan revolusi budaya, yakni dengan menguji mitos-mitos yang ada dalam lembaga sosial secara radikal yang selama ini telah mapan dalam pandangan masyarakat.

  
BAB II
DESKRIPSI ISI BUKU

1.      Pendahuluan
Pendidikan yang selama ini dianggap sebagai pahlawan dalam menegakkan kebenaran, pahlawan dalam membangun bangsa. Ternyata ini hanyalah sebuah topeng untuk mengelabui para konsumennya. Dengan segala semboyan atas nama pembangunan dan perkembangan anak didik, mereka para praktis pendidikan mulai melebarkan sayapnya, terbukti dengan menjamurnya sistem persekolahan dimana-mana, dan kini sekolah dianggap jalan hidup bagi manusia modern, dengan sebuah asumsi mereka yang tidak sekolah berarti mereka terbelakang, orang yang terbelakang adalah orang yang bodoh.
Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam kehidupan manusia, karna dengan pendidikan manusia akan menuai perubahan dalam dirinya, dari tidak tahu menjadi tahu, bahkan lebih dari itu manusia akan terangkat derajatnya dengan pendidikan. Dari sinilah kita menyadari bahwa pentingnya pendidikan dalam rangka menumpas kebodohan dan memanusiakan mannusia. Imanuel Kant dalam bukunya Encyclopedia of Psychology of Education mengatakan bahwa manusia hanya dapat menjadi manusia dalam karna pendidikan. "Man Can Become Man Through Education Only".
Akan tetapi ditangan Ivan Illich sebuah sekolah hanyalah merupakan belenggu dan jeruji besi yang menghalangi kebebasan anak manusia dalam meraih kehidupannya. Sekolah akan merenggut daya kreasi dan kreativitas anak didik, sekaligus akan membuatnya lamban dalam untuk berkembang. Sehingga hanya menimbalkan efek pasif, penakut, dan jauh dari pemikiran kritis. Sekolah baginya bukan lagi tempat yang aman, nyaman, dalam memperoleh pendidikan tak lain baginya sekolah hanyalah sebuah penjara.
Benarkah pendidikan hanya satu-satunya lembaga yang memiliki otoritas dalam dunia pendidikan? Benarkah orang yang tidak sekolah adalah orang yang tidak berpendidikan? Pertanyaan inilah yang menuai banyak kritikan dari kalangan ahli pendidikan sebut saja Ivan Illich(Deschooling Society) dan teman-temannya seperti Paulo Freire (Kapitalisme Pendidikan) Calk Rogers, Abraham Maslow dan masih banyak lagi.

2.      Sekilas Tentang Biografi Ivan Illich
Ivan Illich di lahirkan di Wina ibu kota dari Negara Austria pada tahun 1926, Illich kecil merupakan murid yang pintar di sekolahannya dan cerdas di antar teman-temannya. Sejak ia kecil selalu mendapatkan kasih sayang, pendidikan, dan pelajaran dari kedua orang tuanya.
Setelah lulus dari sekolah dasar, Ivan Illich melanjutkan studinya ke Universitas Gergoriana, Roma, Italia. Ia mempelajari teologi hingga akhiranya keluar sebagai sarjana. Kemudian melanjutkan lagi ke Universitas Salzburg, hingga pada akhirnya ia di nobatkan sebagai guru besar sejarah dan imam Gereja Katolik Roma. 
Pada tahun 1956-1969, Ivan Illich mendapatkan penghormatan untuk menjadi pemimpin seminar-seminar dalam penelitian tentang Institusional Alternative In a Technological Society dengan mefokuskan studi-studi Amerika Latin. Ditahun  1981 ia menjadi Profesor tamu di Gottingen dan Berlin di Jerman.
Ivan Illich besar saat ini di kenal sebagai "humanisme radikal"  dan tokoh pendidikan yang kontoroversial dengan ide-ide pembebasannya tentang sistem persekolahan. Ia merupakan orang yang memiliki kepribadian yang langka, kegembiraan yang besar, wawasan yang luas, dan daya cipta yang subur. Pada akhirnya ia wafat pada tanggal 2 Desember 2002.

3.      Ivan Illich dan Gagasannya (Deschooling Society)
Sebuah gagasan yang dikemukakan Illich semasa hidupnya adalah gagasan untuk membebaskan manusia dari belenggu sekolah, yang ia anggap adalah penjara hak manusia untuk bebas. Dari gagasannya itu seolah-olah ia mencoba untuk menggedor kesadaran kita untuk segera membuat Revolusi Budaya, yakni: sekali lagi menguji secara mendasar mitos-mitos sosial dan lembaga-lembaga yang ada di era industri-teknologi yang semakin mekanistik, anonim, massal, namun memperkurus kemanusiaan.
Telaah atas realitas 'kemajuan' yang amat komplek tersebut dimulai Illich dengan membedahnya dari sudut sekolah. Menurut dia, sekolah tidak otomatis sama dan sebangun dengan pendidikan; justru memfrustrasikan anak didik; mensponsori 'kemajuan pembangunan' yang mengagung-agungkan produksi. Universitas pun terancam menjadi sekedar pencetak dan pemasok tukang-tukang yang melayani masyarakat kapitalis-konsumeristik; memberi ijazah tanda legitimasi, dan mendesak ke pinggir orang-orang yang tidak cocok dengannya.
Ivan Illich melalui buku yang semula berjudul Deschooling Society ini jelas-jelas mengatakan bahwa anggapan mengenai sekolah sebagai satu-satunya lembaga pendidikan adalah bias dari kehidupan kapitalis yang telah merasuk dalam kesadaran masyarakat. Menurut Illich, sekolah adalah fenomena modern yang lahir seiring dengan perkembangan masyarakat industri kapitalistik. Konspirasi terselubung antara pendidikan dan kapitalisme ini juga tak lepas dari dukungan pemerintah (kekuasaan) sehingga daya hegemonik yang diciptakannya menjadi cukup massif.
Kehadiran sekolah juga telah membatasi usia seseorang dengan tingkat pendidikan yang dapat diikutinya. Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan orang tua dibagi dan dipaket untuk tingkat pendidikan tertentu. Seorang anak-anak menurut Illich melewati suatu proses konflik yang tidak manusiawi ketika oleh sistem masyarakat diharuskan masuk dalam lembaga sekolah. Anak-anak terpaksa melewati masa kecilnya dengan kurang bahagia.
Kondisi pendidikan yang sedemikian itu bagi Illich telah mengabaikan motivasi tiap individu bagi aktivitas pendidikan yang diikutinya, dan memasukkan individu ke dalam struktur mekanis kebutuhan industri terhadap posisi-posisi tertentu masyarakat kapitalis. Pendidikan hanya menjadi pelayan kapitalisme.
Gagasan Ivan Illich untuk membebaskan masyarakatr dari sekolah karena situasi dan kondisi sekolah pada saat ia belajar di sekolah dasar tepatnya di Amerika Latin. Menurut Illich, pendidikan yang berlangsung pada saat itu tidak mampu menjawab semua persoalan bahkan tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa. Sekolah hanya memaksa siswa untuk memanjat tangga pendidikan yang tidak berujung dan tidak bermutu. Sekolah hanya mendorong siswa untuk mengasingkan dirinya dari hidup.
Sehingga sistem pendidikan pada saat itu dapat diandaikan sebagai sebuah Bank (banking concept of education) dimana pelajar diberi ilmu pengetahuan agar ia kelak dapat hasil yang berlipat ganda dari modal yang ia keluarkan. Jadi, guru yang ada di dalam kelas adalah sebyek aktif, sedangkan anak didik adalah objek pasif yang penurut. Pendidikan akhirnya bersifat negatif di mana guru memberikan informasi yang harus ditelan yang wajib diingat dan dihafalkan.
Sistem pendidikan yang berlangsung pada saat itu secara alami telah menciptakan sebuah kebisaan-kebiasaan yang tidak diharapkan oleh pendidikan saat ini. Diantara kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung di sekolah waktu itu adalah:
1.        Guru mengajar, siswa diajar
2.        Guru tahu segalanya, siswa tidak tahu segalanya
3.        Guru berfikir, siswa difikirkan
4.        Guru berbicara, siswa mendengarkan
5.        Guru mengatur, siswa yang diatur
6.        Guru memilih apa yang akan diajarkan, siswa menyesuaikan diri
7.        Guru adalah subyek, siswa adalah obyeknya
Dari keterangan di atas, kita sejenak berfikir tentang sistiem pendidikan yang berlangsung saat itu di Amerika Latin saat Ivan Illich hidup dan bersekolah di dalamnya. Di mana sekolah telah bergeser dari nilai-nilai luhurnya. Maka wajar kemudian Ivan Illich mengkritik habis-habisan model pendidikan yang dikembangkan di sekolah-sekolah yang terdapat di Amerika Latin. Maka, menurutnya sekolah harus tiadakan, dan ia yakin tujuan peniadaan sekolah dalam masyarakat akan menjamin siswa dapat memperoleh kebebasan dalam belajar.
Illich mengusulkan bahwa lembaga pendidikan (formal) baru yang ideal adalah lembaga yang bertolak dari asumsi motivasi pribadi untuk belajar, serta adanya ketersediaan dan akses terhadap sarana bagi semua orang yang ingin belajar dan mengajar. Usul Illich tersebut berpusat pada upaya pemanfaatan jaringan-jaringan sumber daya pendidikan untuk dapat dimanfaatkan secara maksimal. Berbagai fasilitas umum yang dapat digunakan sebagai perangkat pendidikan harus dibuka aksesnya bagi semua orang yang ingin belajar: perpustakaan, laboratorium, museum, teater, pabrik, dan sebagainya. Birokrasi ketat harus dienyahkan sehingga jasa referensial yang dimiliki sarana-sarana itu dilepas untuk kepentingan pendidikan seluas-luasnya.

  
BAB III
ANALISI ISI BUKU



Sekolah dalam pandangan empirik memiliki tujuan yang positif baik bagi pribadi seseorang maupun negara. Namun tokoh Ivan Illich memiliki pandangan yang berbeda mengenai sekolah, Ivan Illich memandang sekolah dari sisi probabilitas yang sebaliknya. Pandangannya menyatakan bahwa sekolah adalah lembaga pendidikan yang membagi masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial yang tidak sama derajatnya, sehingga menimbulkan adanya kelas-kelas sosial dalam hidup bermasyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan di sekitar kita dimana seseorang yang menempuh pendidikan tinggi akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dibanding dengan seseorang yang tidak menempuh pendidikan formal.
Sekolah dalam pelaksanaannya dianggap sebagai lembaga pendidikan yang sudah memperhitungkan keuntungan dan kerugian dengan mengurangi adanya kemanusiaan. Penyelenggaraan pendidikan disekolah merupakan praksis yang tidak sebangun dengan pendidikan itu sendiri. Faktor ekonomi menjadi salah satu pemicunya, bagi mereka yang mampu membayar biaya sekolah akan tidak memiliki hambatan dalam menempuh jenjang pendidikan sampai pada jenjang yang mereka inginkan dan akan sebaliknya bagi mereka yang tidak mampu membayar biaya sekolah.
Belajar dianggap sebagai hasil proses pembelajaran yang diadakan oleh sekolah, semakin banyak pengajaran maka semakin banyak hasilnya, menambah materi maka akan semakin mempermudah keberhasilan. Hal tersebut memang tidak memandang adanya perbedaan kemampuan dari masing-masing orang.
Pandangan Ivan Illich mengenai sekolah ini menggugah kesadaran masyarakat untuk segera melakukan pembenahan budaya dalam pendidikan. Pendidikan yang berguna adalah pendidikan yang menyadarkan sikap kritis peserta didik terhadap dunia dan kemudian mengarahkan perubahannya. Untuk menghadapi kehidupan dunia yang senantiasa mengalami perubahan, pendidikan diarahkan tidak hanya pada bujukan kemampuan yang bersifat formal, akan tetapi juga mengarah kepada pendidikan kelakuan yang bertumpu pada kemampuan profesional.
Pelaksanaan pendidikan baru-baru ini nampaknya tidak semata-mata mengesampingkan gagasan dari Ivan Illich. Masyarakat untuk dapat memperoleh kemampuan yang telah menjadi tujuan pendidikan tersebut dapat dirangsang dengan membiasakan terhadap sikap kritis terhadap kenyataan-kenyataan di sekelilingnya. Sikap kritis tersebut dapat dibangun melalui debat, bekerja sama dan diskusi. Untuk itu, dengan berbekal sikap kritis akan ditemukan berbagai fenomena yang dialaminya sendiri dan masyarakat, dan dapat dibangun pula yang awalnya hanya sekedar pemberdayaan terhadap diri sendiri menjadi pemberdayaan diri dalam masyarakat.
Tesis Illich telah sampai pada kesimpulan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan telah menyebabkan langkanya ketrampilan. Permasalahan pada waktu itu mungkin saja begitu, namun saat ini pelaksanaan pendidikan sudah mengarahkan pada pandangan Ivan Illich mengenai langkanya keterampilan dengan tidak mengesampingkan peran sekolah. Sekolah sebagai sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan tidak hanya sebagai pendidikan formal yang menyetir siswa secara aktif, namun juga memberikan kebebasan peserta didik untuk berkembang sesuai dengan keinginannya. Adanya perubahan zaman keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju masyarakat, semakin penting peran sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk ke dalam proses pembangunan masyarakat.
Ivan Illich yang berpendapat untuk menghapuskan sistem sekolah karena pandangannya tehadap probabilitas yang seringkali situasi dan kondisi  dalam sekolah kurang dapat bisa diterima, sehingga muncullah gagasan-gagasannya tentang buruknya citra sekolah dengan segala kepalsuannya.
Gagasan-gagasan Ivan Illich hanya berusaha menggugah kesadaran kita mengenai sekolah. Inilah yang menjadi tanggung jawab kita bersama untuk selalu memperbaharui konsep-konsep pendidikan yang sudah usang dan tidak lagi sesuai. Pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan juga harus bertanggung jawab terhadap sekolah. Pihak sekolah juga sebagai penyelenggara pendidikan yang telah diberikan amanat harus bisa menempatkan diri serta menerapkan teori-teori serta berbagai konsep yang telah diramu sebagai formula terbaik bagi pendidikan.


BAB IV
KESIMPULAN

Menurut Illich, sekolah merupakan saran umum yang palsu, sekilas sekolah memang memberikan kesan terbuka pada semua orang yang datang ke sekolah. Tetapi dalam kenyataanya sekolah hanya terbuka bagi mereka yang selalu memberbaharui surat kepercayaan terhadap sekolah tertentu. Maka sekolah diibaratkan seperti jalan tol, bagi mereka yang mampu membayar biaya sekolah. Maka mereka akan leluasa masuk kedalam dunia persekolahan dan menikmatinya. Tetapi bagi mereka yang tidak mampu membayar, maka mereka tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh pendidikan di sekolah, ini adalah implikasi dari meningginya biaya sekolah yang menjulang sehingga rakyat bawah tidak dapat mencapainya.
Sekolah saat ini merupakan sebuah kebutuhan yang semua orang harus dapat meraih dan menikmatinya, karna manusia tanpa pendidikan tidak akan pernah bisa berarti dalam kehidupan saat ini. Mungkin hal ini bisa dilihat dari meningkat jumlah pengangguran dan buruh. Yang notabennya adalah mereka yang putus sekolah, tidak memiliki kompetensi dalam bidang tertentu, atau juga mereka yang gagala dalam meraih masa depan.
Dari penelitian kecil di atas, dapat kita ambil kesimpulan betapa pentingnya arti sebuah pendidikan pada zaman sekarang. Orang yang tamat sekolah hingga jenjang S1 pun masih ada yang kurang beruntung dalam lapangan pekerjaan, apalagi yang tidak makan bangku sekolah sekalipun. Ada ungkapan sya`ir yang sangat bagus sekali dikeluarkan oleh Victor Hugo" barang siapa yang membuka pintu sekolah berarti ia telah menutup pintu jeruji penjara" apabila kita ingin mengartikan ungkapan tersebut maka akan memiliki arti yang luas terhadap pentingnya sekolah terhadap mengetasan tindak kriminal. Karna di dalam sekolah anak didik akan menerima banyak pelajaran tentang moral dan akhlak yang dapat membina mereka.
Al-Quran dan Hadist banyak menyinggung tentang pentingnya menuntut ilmu salah satunya adalah:  "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan"
Sistem pendidikan yang baik menurut Ivan Illich salah satunya adalah: pendidikan harus memberikan kesempatan kepada semua orang untuk bebas dan mudah meperoleh sumber belajar pada setiap saat.
Dalam kehidupan sekarang kita tidak mungkin lagi untuk mengesampingkan peran sekolah sebagai salah satu media atau perantara bagi umat manusia untuk memperoleh ilmu dan pendidikan. Karana di sini akan terlihat jelas siapa yang berilmu dan siapa yang tidak berilmu? Apakah dari keduanya akan mendapatkan kedudukan yang sama? Tentu tidak, itu adalah jawaban yang tepat. Karena melalui jalur pendidikanlah manusia akan bisa bernilai dan bermanfaat, baik itu jalur formal, non-formal, atau in-formal.
Illich yang berpendat untuk menghapuskan sistem sekolah karna situasi dan kondisi saat ia berada dalam sekolah kurang dapat bisa diterima, sehingga muncullah gagasan-gagasannya tentang buruknya citra sekolah dengan segala kepalsuannya. Kalo saja gagasan Illich saat ini kita telan mentah-mentah kita tidak dapat bayangkan akan jadi apa manusia di bumi yang hidup tanpa sekolah.
Melihat kenyataan ini, maka hal yang harusnya menjadi respond dan sikap akan fenomena dunia pendidikan dewasa ini adalah mengembalikan peran dan fungsi pendidikan pada relnya. Pendidikan oleh manusia dan untuk memanusiakan. Pada akhirnya bukan untuk meniadakan sekolah, tapi bagaimana menciptakan sistem pendidikan (sekolah) yang humanistik, memberi ruang seluas-luasnya untuk pengembangan kreatifitas dan daya pikir kritis siswa dan membekali anak dengan moralitas. Maka menjadi hal yang mungkin bila suatu saat nanti sekolah akan benar-benar mampu menjadi pendukung mesin pencetak generasi muda yang pandai seutuhnya dan terhapusnya kengerian dunia pendidikan (sekolah) seperti yang dipaparkan Illich.

No comments:

Post a Comment