Monday, March 20, 2017

artikel jurnal


MAKALAH
KEMISKINAN KOTA BESAR

Batasan Kemiskinan

Sajogyo (1988), mengartikan kemiskinan tidak sebatas hanya dicerminkan oleh rendahnya tingkat pendapatan dan pengeluaran. Sajogyo memandang kemiskinan secara lebih kompleks dan mendalam dengan ukuran delapan jalur pemerataan yaitu rendahnya peluang berusaha dan bekerja, tingkat pemenuhan pangan, sandang dan perumahan, tingkat pendidikan dan kesehatan, kesenjangan desa dan kota, peran serta masyarakat, pemerataan, kesamaan dan kepastian hukum dan pola keterkaitan dari beberapa jalur tersebut.
Menurut Bappenas (2002), kemiskinan adalah suatu situasi dan kondisi yang dialami seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Bank Dunia (1990) mendefinisikan kemiskinan adalah tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan penghasilan US$ 1 per hari. Selanjutnya Bank Dunia menyebutkan dimensi kemiskinan adalah politik, sosial dan budaya, dan psikologi, ekonomi dan akses terhadap aset.
Ala (1981), mengartikan kemiskinan dari segi material dan non materialsebagai, ”tidak ada atau kurang (relatif sedikit) nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang berhasil diakomodasikan oleh aktor (aktor-aktor) yang sedikit banyak bersifat ”sah”. Melalui definisi ini, ada beberapa hal penting yang dapat dijelaskan :
(1) Nilai-nilai (Values)
Nilai-nilai dimaksudkan sebagai sesuatu yang dihargai tinggi oleh masyarakat. Nilai dalam masyarakat menurut Harold Laswell terdiri dari: power (kekuasaan), enlightenment (pendidikan/pengetahuan), wealth (harta benda/kekayaan), wellbeing (keadaan kesehatan), skill (ketrampilan), affection (kasih sayang), rectitude (keadilan), deference (penghargaan/penghormatan). Karl Deutsch menambah dua nilai lagi
yaitu: security (keamanan) dan liberty (kebebasan).
(2) Kemiskinan itu Multidimensional
Oleh karena banyaknya nilai yang ada dalam masyarakat, maka kemiskinan pun banyak dimensinya. Dari pengertian kemiskinan di atas diketahui ada sepuluh macam nilai yang ada dalam masyarakat, sehingga dengan demikian ada sepuluh macam dimensi atau aspek kemiskinan, yaitu miskin dalam hal kekuasaan, harta benda (kekayaan),
kesehatan, pendidikan (pengetahuan), ketrampilan/keahlian, cinta kasih, keadilan, penghormatan (penghargaan), keamanan dan kebebasan.
(3) Adanya Hubungan Diantara Aspek-aspek Kemiskinan
Kesepuluh aspek-aspek kemiskinan itu saling berhubungan satu sama lainnya, baik secara langsung maupun tidka langsung. Ini berarti, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek kemiskinan dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran aspek-aspek lainnya. Hubungan aspek-aspek kemiskinan ini oleh Lukas Hendratta (dalam
Marliati, 1993) disebut dengan istilah ”spiral kemiskinan” (poverty spiral). Sifat antara hubungan diantara aspek-aspek ini adalah bahwa satu aspek dapat mempengaruhi aspek lainnya, baik dalam arti pengaruh positif maupun pengaruh negatif.
(4) Aktor atau Aktor-aktor Kemiskinan
Aktor-aktor kemiskinan adalah para pelaku yang hanya sedikit atau tidak mampu mengakumulasikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Aktor bisa berupa individu, masyarakat, kelompok, organ.


Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan
Menurut Ala (1981), penyebab kemiskinan dibedakan atas faktor
internal (endogen) dan faktor eksternal (eksogen).
1. Faktor Internal
Menurut Ala (1981), faktor internal adalah aktor (individu) itu sendirilah yang menyebabkan kemiskinan bagi dirinya sendiri. Menurut Alkostar (dalam Mahasin,1991), faktor internal yang menyebabkan kemiskinan adalah: sifat malas (tidak mau bekerja), lemah mental, cacat fisik dan cacat psikis (kejiwaan). Menurut Friedman (1979),
secara internal masyarakat miskin adalah karena malas mengakumulasikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
a. Kurang etos kerja: malas, fatalistik, takut menghadapi masa depan, kurang daya
juang Kurang kepedulian terhadap norma-norma susila: suburnya perilaku menyimpang (pelacuran, perceraian, kumpul kebo, minuman keras dan obat terlarang, pencurian, anak-anak terlantar, pengemis, pengamen, pencopet, keterasingan, kekerasan, ketidaksantunan, penodongan)
b. Keterbatasan Pendidikan/ Pengetahuan :
1. Tidak memiliki/tidak terjangkau biaya untuk menempuh
2. Tidak memikirkan pendidikan anak-anaknya
3. Sebagian masih buta huruf
4. Tidak mampu membiayai pendidikan anak-anaknya
Learning process sangat terbatas untuk merubah perilakunya karena perilaku yang lebih produktif, lebih normatif bersumber dari learning process, berada dalam lingkungan dimana learning process tidak kondusif
c. Keterbatasan Harta Benda/Ekonomi : Tidak memiliki/minim aset, kurangnya lapangan kerja, ekonomi informal (jalanan, tidka diakui, tanpa fasilitas apa-apa), buruh kasar-upah rendah, tidak punya modal untuk memulai usaha, jaringan kredit yang tidak mudah, tidak mampu mengisi sektor kerja yang lebih formal, exchange properties yang
rendah, pekerjaan, tidak tetap, pengangguran, kerja berbau kriminal
d. Keterbatasan Kesehatan : Pangan yang tidak memenuhi kebutuhan fisik
(bahkan sering kelaparan); Rumah yang tidak layak (multiguna, tempat kerja, untuk tempat jualan, menumpuk dan memilah-milah barang bekas, kerajinan dan berbagai kegiatan ekonomi sektor informal lainnya; lingkungan perumahan yang tidak sehat (kumuh), MCK yang tidak layak/pinggir kali, listrik yang terbatas, air bersih terbatas; lemahnya ketahanan fisik karena rendahnya konsumsi pangan baik kuantitas maupun kualitas sehingga konsumsi gizi mereka sangat rendah yang berakibat pada rendahnya produktivitas mereka; bila sakit tak mampu berobat, bahkan anak sering sakit karena
mengkonsumsi air yang tidak bersih
e. Keterbatasan Ketrampilan : Rendahnya learning process karena tidak memiliki
biaya untuk mengikuti sekolah, kursus, atau pelatihan yang menambah ketrampilan mereka
f. Keterbatasan Kasih Sayang : Kurangnya masyarakat terhadap keberadaannya
akibat budaya materialistik
g. Keterbatasan Keadilan : Menjadi korban ketidak adilan oleh dirinya sendiri, oleh orang kelompoknya, kelompok kaya, maupun oleh pemerintah. Karena sifatnya yang menjadi
masalah/beban dan tidak produktif maka tidak memiliki daya tarik. Daya tarik oleh perusahaandengan gaji rendah.
h. Keterbatasan Penghargaan : Tersingkirkan dari institusi masyarakat atau bahkan
pemerintrah. Hanya sering dipolitisasi tapi jarang direalisasi perbaikan nasibnya
i. Keterbatasan Kekuasaan : Suaranya jarang didengar baik secara kelompok
apalagi secara individu, Tidka cukup kekuatan tawar menawar/tidak berdaya untuk memperjuangkan nasibnya/tidak memiliki akses ke proses pengambilan keputusan
yang menyangkut hidup mereka, jarang menang dalam bernegosiasi ekonomi
j. Keterbatasan Keamanan : Keterbatasan keamanan Lokasi usaha ditertibkan Tibum; tinggal di tanah negara; lingkungan masalah-masalah sosial lain
k. Keterbatasan Kebebasan : Terhimpit persoalan hidup sehari-hari untuk mencari
makan, terhimpit hutang, tempat tinggal di tanah negara, li gkungan kumuh yang tidak sehat
2. Faktor Eksternal
Menurut Ala (1981), kemiskinan yang disebabkan faktor eksternal
(eksogen) adalah terjadinya kemiskinan disebabkan oleh-oleh factor10
faktor yang berada di luar diri si aktor tersebut. Faktor eksternal terdiri dari:
Faktor Alamiah dan Faktor Buatan (struktural).
3. Faktor Alamiah
Ada beberapa faktor alamiah yang menyebabkan kemiskinan,
antara lain: keadaan alam yang miskin, bencana alam, keadaan iklim
yang kurang menguntungkan. Kemiskinan alamiah dapat juga ditandai
dengan semakin menurunnya kemampuan kerja anggota keluarga
karena usisa bertambah dan sakit keras untuk waktu yang cukup lama.
4. Faktor Buatan(Struktural)
Faktor buatan yaitu terjadinya masyarakat miskin karena tidak mempunyai kemampuan untuk beradaptasi secara cepat (dalam arti yang menguntungkan) terhadap perubahan-perubahan teknologi maupun ekonomi, mengakibatkan kesempatan kerja yang dimiliki mereka semakin tertutup. Mereka tidak mendapatkan hasil yang proporsional dari keuntungan-keuntungan akibat dari perubahanperubahan itu.
Menurut Frans Seda (Ala, 1981), kemiskinan buatan (struktural) itu adalah buatan manusia, dari manusia dan terhadap manusia pula. Kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur (buatan manusia), dapat mencakup baik struktur ekonomi, politik, social dan kultur. Strukturstruktur ini terdapat pada lingkup nasional maupun internasional. Hal ini senada dengan pendapat Soedjatmoko (1980, dalam Prisma, 1989), “Pola ketergantungan, pola kelemahan dan eksploitasi golongan miskin berkaitan juga dengan pola organisasi institusional pada tingkat nasional dan internasional”.
Menurut Alkostar (Mahasin, 1991), faktor eksternal penyebab terjadinya gelandangan (kaum miskin) adalah:
(1) Faktor ekonomi: kurangnya lapangan kerja; rendahnya pendapatan per kapita dan tidak tercukupinya kebutuhan hidup.
(2) Faktor Geografi: daerah asal yang minus dan tandus sehingga tidak memungkinkan pengolahan tanahnya.
(3) Faktorl Sosial: arus urbanisasi yang semakin meningkat dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosialnya.
(4) Faktor Pendidikan: relatif rendahnya tingkat pendidikan baik formal maupun informal.
(5) Faktor Kultural: pasrah kepada nasib dan adat istiadat yang merupakan rintangan dan hambatan mental.
(6) Faktor lingkungan keluarga dan sosialisasi.
(7) Faktir kurangnya aasar-dasar ajaran agama sehingga menyebabkan tipisnya iman, membuat mereka tidak mau berusaha.


No comments:

Post a Comment