MAKALAH
Arti Penting Disiplin Diri
Anak
yang berdisiplin diri memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai
budaya, aturan – aturan pergaulan, pandangan hidup, dan sikap hidup yang
bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan dari disiplin
diri adalah mengupayakan pengembangan minat anak, disiplin belajar anak dan
mengembangkan anak menjadi manusia yang baik, yang akan menjadi sahabat,
tetangga, dan warga negara yang baik. Kenyataan dilapangan menunjukkan perilaku
beberapa mahasiswa sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri seperti
perkelahian antar remaja, kumpul kebo, balap motor di jalan raya, meminum –
minuman keras dan pemerkosaan. Penyebab yang melatarbelakangi beberapa kasus
ketidakdisiplinan remaja diatas, di duga dari upaya orang tua yang belum
menghadirkan situasi dan kondisi yang dapat dirasakan dan dihayati anak,
sehingga anak berdialog dan terpanggil untuk belajar memiliki dan mengembangkan
dasar – dasar disiplin diri. Oleh karena itu keluarga diduga sebagai penyebab
dari anak tidak berdisiplin diri.
Disiplin
diri merupakan produj dari disiplin. Kontrol diri memiliki substansi dii,
perekaman determinasi diri terhadap penguatan, dan adminstrasi diri terhadap
penguatan ( Gnagey dalam Shochib,1997 : 22 ). Assemen dapat dimiliki anak jika
orang tua mampu membantu anak menyadari dan menghayati perilakunya. Artinya,
dalam hal ini orang tua dituntut untuk membantu anak agar dapat membaca
perilaku – perilakunya. Apakah mereka telah melakukan penyimpangan terhadap
nilai- nilai moral atau telah melakukan tindakan sesuai dengan nilai – nilai
moral. Jika mereka telah mampu melihat perilaku – perilakunya maka dengan
sendirinya mereka akan menyadari apakah perilakunya telah menyimpang atau tidak
dari nilai – nilai moral. Kesadaran ini akan menghindarkan mereka dari
mengulang kesalahan yang sama serta dapat meningkatkan perilaku – perilaku yang
patuh terhadap nilai – nilai moral.
Dengan
demikian, jika setiap orang tua telah mampu untuk membantu anaknya untuk
memiliki kontrol diri berarti mereka telah mampu :
- Membantu anak untuk memiliki manajemen diri
- Melakukan intervensi kognitif pada diri anak
- Memberikan kontribusi positif kepada anak
- memberikan hukuman yang tepat.
Posisi stategis yang dimiliki orang tua dalam
membantu agar anak memilki dan mengembangkan dasar – dasar disiplin berarti “
orang tua meletakkan dasar – dasar “ disiplin diri bagi anaknya. Lebih jauh,
tugas dan kewajiban orang tua adalah membantu anak yang baru lahir yang
memerlukan bantuan darinya dan orang disekitarnya. Jika manusia yang baru lahir
tidak memperoleh bantuan maka ia tidak dapat melangsungkan kehidupan sebagai
manusia yang ormal, bahkan mungkintidak dapat melangsungkan hidupnya sama
sekali.
Sungguhpun
demikian, setiap upaya yang dilakukan dalam membantu anak mutlak didahului oleh
tampilnya; pertama,perilaku yang patut dicontoh. Artinya, setiap
perilakunya tidak sekedar perilaku yang bersifat mekanik tetapi harusdidasarkan
pada kesadaran bahwa perilakunya akan dijadikan lahan peniruan dan identifikasi
bagi anak – anaknya. Oleh karena itu pengaktualisasiannya harus senantiasa dirujukkan
pada ketaatan pada nilai – nilai moral.
Kedua,
kesadaran diri ini juga harus ditularkan pada anak – anak dengan mendoong
mereka agar perilaku kesehariannya taat kepada nilai –nilai moral. Oleh karena
itu, orang tua senantiasa membantu mereka agar mampu melakukan observasi diri
melalui komunikasi dialogis, baik secara verbal maupun nonverbal tentang
perilaku taat moral. Karena dengan komunikasi yang dialogis akan menjembatani
kesenjangan keinginan dan tujuan diantara diinya dan anak – anaknya, yang
sering kali menjadi pemicu anak berperilaku agresif atau tidak berdisiplin
diri.
Ketiga,
komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anak – anaknya, terutama
yang berhubungan dengan upaya membantu mereka memecahkan permasalahan,
berkenaan dengan nilai – nilai moral. Ini berarti mereka telah mampu melakukan
intervensi damai terhadap kesalahan dan atau penyimpangan perilaku yang tidak
taat nilai moral, serta melakukan upaya bagaimana meningkatkannya. Dengan
perkataan lain, orang tua telah mampu melakukan kontrol anaknya agar mereka
tetap memiliki dan meningkatkan nilai moral sebagai dasar berperilaku disiplin.
Keempat,
upaya selanjutnya untuk menyuburkan ketaatan anak – anak terhadap niali – nilai
moral dapat diaktualisasikan dalam menata lingkungan fisik yang disebut momen
fisik. Hal ini dapat mendukung terciptanya iklim yang mengundang anak berdialog
terhadap nilai – nilai moral yang dikemasnya. Kelima, penataan
lingkunganfisik yang melibatkan anak – anak dan berangkat dari dunianya akan
menjadikan anak semakin kokoh dalam kepemilikan terhadap nilai – nilai moral
dan semakin terundang untuk meningkatkannya.
Keenam,
penataan lingkungan social dapat menghadirkan situasi kebersamaan antara anak –
anak dengan orang tua. Situasi kebersamaan merupakan syarat utama bagi
terciptanya penghayatan dan pertemuan makna antara orang tua dan anak – anak.
Pertemuan makna ini mengandung kulminasi dari penataan lingkungan social
berindikasi penataan lingkungan pendidikan.
Ketujuh,
penataan lingkungan pendidikan akan semakin bermakna bagi anak jika mampu
menghadirkan iklim yang mendorong jiwanya untuk mempelajari nilai – nilai
moral. Upaya yang dapt dilakukan oleh orang tua adalah menata suasana
psikologis dalam keluarga. Penataan suasana psikologis dalam keluarga menyentuh
dimensi emosional dan suasana kejiwaan yang menyertai dan dirasakan dalam
kehidupan keluarga.
No comments:
Post a Comment