Saturday, March 18, 2017

ANATOMI TEORI HAROLD GARFINKEL



TEORI HAROLD GARFINKEL





PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG



ANATOMI TEORI HAROLD GARFINKEL
(ETNOMETODOLOGI)

    1.      Konteks Sosial
-          Setelah selesai Perang Dunia I,  Amerika Serikat mengalami depresi ekonomi yang sangat berat. Pada saat itu di Amerika Serikat banyak terjadi persoalan sosial. Dari masalah pengangguran, tingginya kriminalitas, prostitusi, munculnya kasus-kasus perceraian di masyarakat, hingga banyaknya orang yang mengidap depresi dan persoalan sosial lain yang mengidab masyarakat urban yang sekular.
-          Pada kondisi saat itu juga Amerika yang pasca perang dunia II memasuki masa urbanisasi dan industrialisasi banyak membawa masalah dalam kehidupan berbagai individu.
-          Teori Garfinkel  lahir dari latar belakang konteks sosial pada masa itu dimana Blumer ingin  membantu merasionalkan eksploitasi, imperialisme domestik dan internasional, serta ketimpangan sosial yang dipandang dari segi aktor sebagi aktor yang bertindak atas dasar kesadarannya sendiri.  Dengan demikian, liberalisme politik sosiolog awal ini mengandung implikasi konservatif yang sangat besar. Beberapa faktor yang berperan penting dalam perkembangan teori Garfinkel  adalah pada konteks sosial industrialisasi dan urbanisasi yang banyak dialami masyarakat Amerika pada masa itu
-          Garfinkel berasumsi bahwa  dunia nyata penuh dengan masalah (sesuai dengan keadaan saat itu), dan individu mempunyai metode sendiri dalam menyelesaikan kehidupan sehari – harinya.

    2.      Pemikiran Yang Mempengaruhi Teori Garfinkel
-          Garfinkel disaat awal memunculkan atau mengembangkan studi ini sedang mendalami fenomenologi Alfred Schutz[1] pada New School For Sosial Research dan Talcott Parsons[2]
-          Bagi Schutz, dunia sehari-hari merupakan dunia inter subjektif yang dimiliki bersama orang lain dengan siapa kita berinteraksi. Dunia inter subjektif itu sendiri terdiri dari realitas-realitas yang sangat berganda dimana realitas sehari-hari tampil sebagai realitas yang utama.
-          Yang dimaksud realitas sosial oleh Schutz adalah “keseluruhan objek dan kejadian-kejadian di dunia kultural dan sosial, yang dihidupkan oleh pikiran umum manusia yang hidup bersama dengan sejumlah hubungan interaksi. Itu adalah dunia objek kultural dan institusi sosial di mana kita semua lahir, saling mengenal, berhubungan sejak permulaan (Poloma, 1994).
-          Parson berpendapat bahwa motivasi yang mendorong suatu tindakan individu selalu berdasarkan pada aturan atau norma yang ada dalam masyarakat dimana seorang individu hidup. Motivasi aktor tersebut menyatu dengan model model normatif yang ditetapkan dalam sebuah masyarakat yang ditujukan untuk mempertahankan stabilitas sosial itu sendiri

    3.      Latar Belakang Sosial
-          Garfinkel dilahirkan di Newark, New Jersey, Amerika Serikat pada 29 Oktober 1917. Ayahnya adalah pengusaha kecil yang menjual barang-barang rumah tangga untuk keluarga imigran. Ayahnya ingin Garfinkel belajar dagang, namun Garfinkel ingin masuk kuliah. Garfinkel kemudian mengikuti kemauan ayahnya, tetapi dia juga ikut kuliah di Universitas Newark.
-          Ia pernah bergabung dengan angkatan perang AS ketika perang dunia ke dua, namun kemudian dia mendapatkan gelar doktor pada tahun 1952 di Harvard University.

    4.      Pertanyaan yang diajukan
-          Garfinkel memunculkan etnometodologi sebagai bentuk ketidaksetujuannya terhadap pendekatan-pendekatan sosiologi konvensional yang dianggapnya mengekang kebebasan peneliti. Penelitian konvesional selalu dilengkapi asumsi, teori, proposisi dan kategori yang membuat peneliti tidak bebas di dalam memahami kenyataan sosial menurut situasi di mana kenyataan sosial tersebut berlangsung.[3]
-          Pertanyaan yang diajukan oleh Garfinkel adalah Apakah tindakan manusia dipandang rasional dalam menyelesaikan masalah kehidupan  sehari – harinya,   Apakah menggunakan penalaran praktis atau dengan logika formula yang sudah ada dalam struktur tertentu ?

    5.      Proposisi yang ditawarkan
-          Semakin aktor gagal menyetujui penggunaan teknik interaktif semacam tindakan refleksif, semakin besar kemungkinan interaksi akan terganggu dan kemungkinan keteraturan sosial dapat dipertahankan juga semakin kecil.
-          Semakin interaksi beralih kepada visi realitas yang berbeda dan diterima begitu saja (taken for granted), semakin besar kemungkinan interaksi terganggu dan kecil kemungkinan keteraturan sosial dapat dipertahankan.

    6.      Jenis Realitas Sosial
-          Kebanyakan dari interaksi manusia bersifat refleksif. Manusia menafsirkan bahasa isyarat, kata-kata, ucapan dan informasi lainnya dari satu sama lain sedemikian rupa dengan maksud untuk tetap mempertahankan pandangan tertentu mengenai realitas.
-          Konsep tentang refleksitas ini memusatkan perhatian pada bagaimana orang-orang yang berada di dalam interaksi bertindak atau berusaha untuk mempertahankan asumsi bahwa mereka diarahkan oleh realitas simbolik atau tak Nampak.

    7.      Aktor Yang Otonom
-          Etnometodologi menggangap aktor sebagai aktor yang otonom karena tindakan aktor tidak dipengaruhi struktur yang ada. Aktor dipandang sebagai individu  bebas yang rasional yang dalam menyelesaikan masalah sehari – harinya cenderung menggunakan penalaran yang praktis bukan logika formula yang ada dalam struktur itu sendiri.
-          Aktor mempunyai kebebasan dalam memilih pertimbangan untuk melakukan tindakannya tanpa harus dipaksa atau ditentukan oleh struktur dan pranata sosial

    8.      Asumsi tentang Individu dan Masyarakat
-          Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana individu menciptakan dan kehidupannya sehari-hari. Subyek etnometodologi bukanlah anggota suku-suku terasing melainkan orang-orang dalam berbagai macam situasi pada masyarakat kita.
-          Etnometodologi berusaha memahami bagaimana orang-orang melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka[4]

    9.      Unit Analisis Masyarakat atau Individu
-          Pusat perhatian etnometodologi adalah organisasi kehidupan sehari-hari atau masyarakat biasa yang abadi. Atau, cara baru dalam memahami struktur objektif baik mikro maupun makro yang sejak lama menjadi perhatian sosiologi.
-          Etnometodologi memusatkan kajian pada realitas yang memiliki penafsiran praktis. Ia merupakan pendekatan pada sifat kemanusiaan yang meliputi pemaknaan pada perilaku nyata[5]. Setiap masyarakat dalam konsep ini memiliki situasi yang bersifat lokal, terorganisir, memiliki steriotipe dan ideologi khusus, termasuk ras, kelas sosial dan gender. Pendekatan ini akan memihak masyarakat bawah dengan ideologi yang sangat populis.

    10.  Berada Pada Mahzab
-          Dari beberapa uraian sebelumnya Harold Garfinkel  dalam mengembangkan teori-teorinya berada pada  mazhab Cartesian karena dalam kajiannya mengandalkan rasio / kesadaran  ( rasionalisme ) dan menganggap kebenaran dari subyek.




DAFTAR PUSTAKA

Coulon, A. 2008. Cetakan Ketiga. Etnometodologi. Jakarta: Lengge. Diterbitkan atas kerjasama Kelompok Kajian Studi Kultural (KKSK) Jakarta dan Yayasan Lengge Mataram.
Poloma, Margaret M, 1994. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers.
Raho, Bernard, 2007. Teori sosiologi Modern. Edisi pertama. Jakarta: Prestasi  Pustaka
Ida Bagus Wirawan. 2012. Teori-teori sosial dalam tiga paradigma : fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Jakarta : Kencana



[1] Etnometodologi merupakan rumpun penelitian kualitatif yang beranjak dari paradigma fenomenologi. Dengan kata lai, etnometodologi pada dasarnya adalah anak dari fenomenologi Schutzian. Ida Bagus Wirawan. 2012. Teori-teori sosial dalam tiga paradigma : fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Jakarta : Kencana. Hal. 154)
[2]Etnometodologi dikembangkan oleh Harold Garfinkel (1976) yang selama 20 tahun melaksanakan penelitian diharvard dibawah arahan talcott Parsons. (Ida Bagus Wirawan. 2012. Teori-teori sosial dalam tiga paradigma : fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Jakarta : Kencana. Hal. 153)

[3] Garfinkel berpendapat bahwa untuk mencapai suatu tujuan memerlukan tindakan-tidakan yang didasarkan pada pengetahuan atas realitas yang nyata. Garfinkel menyadari bahwa realitas terbagi dan berubah secara dinamis. Garfinkel mengkritik pandangan Pasrsons berkaitan dengan Framework tentang teori pengetahuan yang mendasari teori-teori Parsons. Menurut Garfinkel, Parsons mengasumsikan bahwa pengetahuan yang akurat adalah dunia eksternal yang didapatkan melalui penerapan-penerapan aturan-aturan logika empiris, sebaliknya Garfinkel memandang bahwa setiap actor melakukan pendekatan atas dunia sosial dengan setumpuk ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya, yang terdiri atas konstruksi dan kategori-kategori pengetahuan umum yang berasal dari masyarakat. Baca lebih lanjut Ida Bagus Wirawan. 2012. Teori-teori sosial dalam tiga paradigma : fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Jakarta : Kencana, Hal. 154.

[4] Sejalan dengan ide Garfinkel yang mengatakan bahwa : “I use term ‘ethnomethodology’ to referto the investigation of the rational properties of indexial expressions and other practical action as contingent on going accomplishments of organized artful practices of everyday live”. Etnometodologi mengisyarakan upaya mendeskripsikan dan memahami masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya bagaimana pola interaksi, cara berpikir, perasaan mereka dan cara bicara mereka. Baca lebih lanjut Ida Bagus Wirawan. 2012. Teori-teori sosial dalam tiga paradigma : fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Jakarta : Kencana, Hal. 157
[5] Garfinkel menegaskan bahwa pada saat menganalisis tindakan, para sosiolog harus menyadari bahwa tindakan itu terjadi dalam konteks yang lebih luas. Setiap tindakan memiliki historis yang dapat ditelusuri pada konteks lain. Pada konteks sosial tidak ada keteraturan atau keajegan. Baca lebih lanjut Ida Bagus Wirawan. 2012. Teori-teori sosial dalam tiga paradigma : fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Jakarta : Kencana, Hal. 157

No comments:

Post a Comment