Sunday, March 19, 2017

artikel jurnal


TEORI
BAB VII
PENEMUAN KEBENARAN

       A.    Cara Penemuan Kebenaran
            Cara penemuan kebenaran berbeda-beda, kebenaran dapat dilihat secara ilmiah dan non ilmiah. Menurut hartono kasmadi dkk (1960) adalah sebagai berikut:
1.      penemuan secara kebetulan, adalah penemuan yang berlangsung secara tanpa disengaja.
2.      penemuan coba dan ralat ( trial dan error), terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil atau tidak berhasil kebenaran yang dicari.
3.      penemuan melalui otoritas atau kewibawaan, misalnya orang-orang yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering di terima sebagai kebenaran meskipun pendapatnya tidak di dasarkan pada pembuktian ilmiah.
4.      lpenemuan secara spekulatif, cara ini mirip dengan cara coba dan ralat. Akan tetapi, perbedaannya dengan coba dan ralat memang ada.
5.      penemuan kebenaran lewat cara berpikir, kritis dan rasional. Cara berpikir yang di tempuh pada tingkat permulaan dalam memecahkan masalah adlah dengan cara berpikir analitis dan sintetis.
6.      penemuan kebenaran melalui penelitian ilmiah, cara mencari kebenaran yang di pandang ilmiah adlah yang dilakukan melalui penelitian. Penelitian adlah penyaluran hasrat ingin tahu pada manusia dalam teraf keilmuan.

      B.     Defenisi kebenaran
            Hal kebenaran sesungguhnya memang merupakan tema sentral dalam filsafat ilmu. Problematik mengenai kebenaran, sebenarnya seperti halnya problematik tentang pengetahuan, merupakan masalah-maslah yang mengacu pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat ilmu.

      C.    Jenis-jenis kebenaran
      Telaah dalam filsafat ilmu membawa orang kepada kebenaran di bagi dalam tiga jenis menurut A.M.W.Pranarka (1987) yaitu:
1.      Kebenaran epistemologikal
2.      Kebenaran ontologikal
3.      Kebenaran semantikal

      D.    Sifat Kebenaran
      Menurut Abbas hamami mintaredja (1983), kata kebenaran dapat di gunakan sebagai suatu kata benda konkrit maupun abstrak. Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya proposisi yang benar.

      E.     Teori kebenaran dan kehilafan
1.      Teori Kebenaran Saling Berhubungan (coherence theory of truth)
            Teori koherensi dibangun oleh para pemikir rationalis seperti Leibniz, Spinoza, Hegel, dan Bradley. Menurut Kattsoff (1986) dalam bukunya Elements of Philosophy teori koherensi dijelaskan “...suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain yang benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita.
2.      Teori Kebenaran Saling Berkesesuaian (Correspondence Theory of Truth)
            Teori ini berpandangan bahwa suatu proposisi bernilai kebenaran apabila berkesesuaian dengan dunia kenyataan. Kebenaran demikian dapat dibuktikan secara langsung pada dunia kenyataan.
3.      Teori Kebenaran Inherensi (inherent theory of truth)
            Kadang-kadang teori ini disebut juga teori pragmatis. Pandangannya adalah suatu proposisi bernilai benar apabila mempunyai konsekuensi yang dapat dipergunakan atau bermanfaat.
4.      Teori Kebenaran Berdasarkan Arti (semantic theory of truth)
            Teori kebenaran semantik dianut oleh paham filsafat analitika bahasa yang dikembangkan paska filsafat bertrand Russell sebagai tokoh pemula dari filsafat Analitika Bahasa.
5.      Teori Kebenaran Sintaktis
            Teori berkembang diantara filsuf analisis bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian gramatika.
6.      Teori Kebenaran Nondeskripsi
            Teori ini dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu statemen atau pernyataan akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung pada peran dan fungsi dari pernyataan itu.
7.      Teori Kebenaran Logik Yang Berlebihan (logical superfluity of truth)
            Teori ini dikembangkan oleh kaum positivistik yang diawali oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini, problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahsa saja dan hal ini mengakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama yang masing-masing saling melingkupinya.

No comments:

Post a Comment