TEORI
BAB VII
PENEMUAN KEBENARAN
A.
Cara Penemuan Kebenaran
Cara penemuan kebenaran
berbeda-beda, kebenaran dapat dilihat secara ilmiah dan non ilmiah. Menurut
hartono kasmadi dkk (1960) adalah sebagai berikut:
1.
penemuan secara kebetulan, adalah
penemuan yang berlangsung secara tanpa disengaja.
2.
penemuan coba dan ralat ( trial
dan error), terjadi tanpa adanya kepastian akan berhasil atau tidak berhasil
kebenaran yang dicari.
3.
penemuan melalui otoritas atau
kewibawaan, misalnya orang-orang yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan sering
di terima sebagai kebenaran meskipun pendapatnya tidak di dasarkan pada
pembuktian ilmiah.
4.
lpenemuan secara spekulatif, cara
ini mirip dengan cara coba dan ralat. Akan tetapi, perbedaannya dengan coba dan
ralat memang ada.
5.
penemuan kebenaran lewat cara
berpikir, kritis dan rasional. Cara berpikir yang di tempuh pada tingkat
permulaan dalam memecahkan masalah adlah dengan cara berpikir analitis dan
sintetis.
6.
penemuan kebenaran melalui
penelitian ilmiah, cara mencari kebenaran yang di pandang ilmiah adlah yang
dilakukan melalui penelitian. Penelitian adlah penyaluran hasrat ingin tahu
pada manusia dalam teraf keilmuan.
B.
Defenisi kebenaran
Hal kebenaran sesungguhnya memang
merupakan tema sentral dalam filsafat ilmu. Problematik mengenai kebenaran,
sebenarnya seperti halnya problematik tentang pengetahuan, merupakan
masalah-maslah yang mengacu pada tumbuh dan berkembangnya dalam filsafat ilmu.
C.
Jenis-jenis kebenaran
Telaah dalam
filsafat ilmu membawa orang kepada kebenaran di bagi dalam tiga jenis menurut
A.M.W.Pranarka (1987) yaitu:
1.
Kebenaran epistemologikal
2.
Kebenaran ontologikal
3.
Kebenaran semantikal
D.
Sifat Kebenaran
Menurut Abbas
hamami mintaredja (1983), kata kebenaran dapat di gunakan sebagai suatu kata
benda konkrit maupun abstrak. Jika subjek hendak menuturkan kebenaran artinya
proposisi yang benar.
E.
Teori kebenaran dan
kehilafan
1.
Teori Kebenaran Saling Berhubungan
(coherence theory of truth)
Teori koherensi dibangun oleh para
pemikir rationalis seperti Leibniz, Spinoza, Hegel, dan Bradley. Menurut
Kattsoff (1986) dalam bukunya Elements of Philosophy teori koherensi
dijelaskan “...suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam
keadaan saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain yang benar, atau
jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman
kita.
2.
Teori Kebenaran Saling
Berkesesuaian (Correspondence Theory of Truth)
Teori ini berpandangan bahwa suatu
proposisi bernilai kebenaran apabila berkesesuaian dengan dunia kenyataan.
Kebenaran demikian dapat dibuktikan secara langsung pada dunia kenyataan.
3.
Teori Kebenaran Inherensi (inherent
theory of truth)
Kadang-kadang teori ini disebut juga
teori pragmatis. Pandangannya adalah suatu proposisi bernilai benar apabila
mempunyai konsekuensi yang dapat dipergunakan atau bermanfaat.
4.
Teori Kebenaran Berdasarkan Arti (semantic
theory of truth)
Teori kebenaran semantik dianut oleh
paham filsafat analitika bahasa yang dikembangkan paska filsafat bertrand
Russell sebagai tokoh pemula dari filsafat Analitika Bahasa.
5.
Teori Kebenaran Sintaktis
Teori berkembang diantara filsuf
analisis bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian gramatika.
6.
Teori Kebenaran Nondeskripsi
Teori ini dikembangkan oleh penganut
filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu statemen atau pernyataan
akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung pada peran dan fungsi dari
pernyataan itu.
7.
Teori Kebenaran Logik Yang
Berlebihan (logical superfluity of truth)
Teori
ini dikembangkan oleh kaum positivistik yang diawali oleh Ayer. Pada dasarnya
menurut teori kebenaran ini, problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahsa
saja dan hal ini mengakibatkan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang
hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama yang
masing-masing saling melingkupinya.
No comments:
Post a Comment