ARTIKEL KONSEPTUAL
MEMAHAMI REMAJA PUTRI DALAM BERPACARAN
DI KOTA SEMARANG
Disusun untuk memenuhi tugas Matrikulasi
Dosen pengampu Prof. DR. H. Maman Rachman, M.Sc.
Oleh : Hari Arbi Nugroho
NIM : 0301513024
Rombel : Reguler IPS Semester I
PROGRAM STUDI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
MEMAHAMI REMAJA PUTRI DALAM
BERPACARAN
DI KOTA SEMARANG
Hari
Arbi Nugroho (0301513023)
Mahasiswa
PPS Pendidikan IPS UNNES
ABSTRAK
Memiliki
anak menginjak usia remaja menimbulkan banyak ketakutan bagi orang tua.
Terutama dari pergaulan remaja yang belum bisa membedakan yang baik dan buruk.
Salah satunya sudah munculnya rasa nyaman remaja putri dengan lawan jenis
membuat mereka mencari pasangan dan berpacaran. Lebih jauh dari itu, kita
sering mendengar pergaulan bebas sebelum menikah. Diperlukan perhatian dan
pengarahan yang tepat untuk memahami remaja putri agar tidak salah dalam
berpacaran.
Kata
Kunci : Remaja putri, Berpacaran.
PENDAHULUAN
Kota Semarang adalah salah satu kota besar di
Indonesia, ibu kota Propinsi Jawa Tengah, pusat segala aktivitas ekonomi,
sosial dan budaya seperti halnya kota-kota lain yang sedang berkembang di
seluruh dunia. Perkembangan pesat, seperti berdirinya kantor-kantor, pusat
perbelanjaan, sarana perhubungan, pabrik, sarana hiburan dan sebagainya tak
pelak mendorong para urban untuk mengadu nasib di Kota Semarang. Jumlah
penduduk Kota Semarang mencapai 1,45 juta jiwa pada tahun 2007.
Angka ini terus meningkat dan pada tahun 2009 telah mencapai 1,50 juta jiwa.
Tingkat pertumbuhan penduduk pada tiga tahun terakhir berfluktuatif. Dimana
tercatat pada tahun 2007 sebesar 1,43% kemudian meningkat agak tajam menjadi
1,86% di tahun 2008 dan terakhir mengalami sedikit penurunan 0,15% di tahun
2009. Secara umum jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk laki-laki. Pada tahun 2009, untuk setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 98 penduduk laki-laki. (Badan pusat statistic kota Semarang)
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence
(kata bendanya dolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh
menjadi dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan
secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan
kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke
fase lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi
setahap (Al-Mighwar, 2006).
Rasanya tidak sulit bagi kita untuk
menjumpai banyak remaja putri di mal yang bergandengan tangan, berpelukan,
bahkan berciuman dengan teman lawan jenisnya. Tidak harus di kota metropolis
tapi di kota-kota kecilpun dapat detemukan. Lebih jauh dari itu, kita bahkan
sudah beberapa kali mendengar kabar remaja putri yang sudah melakukan hubungan
seksual dengan pacarnya. Fenomena demikian merupakan bagian dari pergumulan remaja
putri. Perkembangan remaja putri akan
merasa bangga ketika ada pacar yang selalu ada buat dia. Sampai akhirnya akan
melakukan apapun yang dia rasa bisa membahagiakan mereka dan pasangannya.
Sebagai orang tua pasti merasakan cemas
bahwa dewasa ini remaja putri kita mengalami tekanan untuk dicintai dan
mencintai dirinya. Akibatnya pada usia ini perlombaan mencari pacar merupakan
target dan prioritas hidupnya. Apalagi rasa ini dibarengi oleh rasa anak yang
tidak mendapatkan kasih saying dari orang tuanya. Kalau mereka kurang
mendapatkan cinta di tengah keluarga, maka mereka akan mencarinya diluar
keluarganya. Faktor apa saja yang menyebabkan remaja putri merasa sangat
membutuhkan cinta atau pasangan lain jenis bisa kita temukan dan mengarahkan
remaja putri agar mendapatkan kasih sayang secara tepat dari keluarga dan
lingkungannya.
PERUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan uraian
dan pernyataan di atas, maka permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana memahami
dan mengarahkan remaja putri dalam berpacaran di kota semarang.
PEMBAHASAN
Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak
dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh
(growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi
perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004). WHO
menetapkan batas usia remaja dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-12 tahun dan
remaja akhir 15-20 tahun. Pedoman umum remaja di Indonesia menggunakan batasan
usia 11-24 tahun dan belum menikah(Odi
Solahudin 2000: 5).
Menurut Depkes RI (2002), ciri-ciri
seksualitas primer pada remaja dibedakan atas jenis kelamin yaitu laki-laki dan
perempuan. Remaja laki-laki ditandai dengan telah berfungsinya organ reproduksi
yakni dengan adanya mimpi basah yang umumnya terjadi pada usia 10-15 tahun. Hal
ini terjadi akibat organ testis telah mulai memproduksi sperma. Sperma yang
telah dikeluarkan jika kantungnya telah penuh sementara pada remaja putri
ditandai dengan adanya peristiwa menstruasi (menarche). Menstruasi pertama ini
menandakan bahwa remaja putri sudah siap untuk hamil (Depkes RI, 2002).
Masa remaja dianggap sebagai periode
badai dan tekanan, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, sebagai
akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi remaja yang sangat kuat, tidak
terkendali dan tampak irasional pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi
perbaikan perilaku emosional. Menurut Gesell, remaja seringkali mudah ramah,
mudah dirangsang dan emosinya cenderung meledak tidak berusaha mengendalikan
perasaannya. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan
amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara
atau dengan suara keras mengkritik orang-orang yang menyebabkan amarah (Nurdin.Fadlin, M, 2010).
Perubahan sosial yang terlihat salah satunya
adalah tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah berhubungan dengan
penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam
hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang
dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencapai tujuan dari pola
sosialisasi dewasa, remaja juga harus membuat banyak penyesuaian baru yaitu
penyesuaian diri dengan pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku
sosial, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam
masyarakat.
Fenomena demikian merupakan bagian dari
pergumulan remaja putri. Perkembangan
remaja putri akan merasa bangga ketika ada pacar yang selalu ada buat dia.
Sampai akhirnya akan melakukan apapun yang dia rasa bisa membahagiakan mereka
dan pasangannya. Apalagi rasa ini dibarengi oleh rasa anak yang tidak
mendapatkan kasih saying dari orang tuanya. Kalau mereka kurang mendapatkan
cinta di tengah keluarga, maka mereka akan mencarinya diluar keluarganya.
Faktor apa saja yang menyebabkan remaja putri merasa sangat membutuhkan cinta
atau pasangan lain jenis bisa kita lihat dari.
1.
Nilai hidup yang menekankan kecantikan jasmaniah semakin
bertambah.
Dalam media televisi banyak
sekali iklan yang mengagungkan nilai hidup pada kecantikan jasmaniah. Banyak
wanita-wanita cantik yang memakai produk kecantikan tertentu dan dapat
memberikan cara instan merawat tubuh dengan baik. Tak dapat disangkal budaya
jaman ini telah membuat wanita sangat terobsesi dengan kecantikan jasmaniah dan
berfikir kalau tampil menarik, maka meraka merasa berharga dan berbeda. Apabila
ada seorang pria yang terpikat padanya, seakan-akan ada atau tidaknya pacar
menjadi salah satu penentu keberhargaan dirinya. Apalagi bagi wanita yang
mempunyai pasangan yang tampil tampan dan keren, akan membuat iri bagi remaja
perempuan yang belum mempunyai pacar untuk mencari seadanya tanpa memedulikan
baik atau buruknya. Bahkan dalam dunia maya jejaring sosial banyak remaja putri
yang memasang foto profil dengan foto artis dan wanita cantik. Bahkan, mereka
tidak segan-segan menampilkan potret dirinya dengan pakaian seminim mungkin
demi menarik para pria di dunia maya.
2.
Kurangnya interaksi dengan orang tua.
Dalam perkembangan anak
membutuhkan kasih sayang dan perhatian orang tua, termasuk anak perempuan.
Apabila anak merasa dikasihi secara cukup oleh orang tua maka dirinya pun akan
merasa kuat di dalam keluarganya. Sebaliknya jika anak banyak menerima
kenyataan bahwa orang tuanya tidak memiliki waktu interaksi berkualitas dengan
dirinya karena sibuk dengan pekerjaannya, anak tidak dapat kasih sayang secara
cukup.
Mereka membutuhkan waktu
berpergian bersama, dipeluk, diajak bicara, dibesarkan hatinya, dan
bentuk-bentuk kasih sayang lainya. Karena sewaktu meraka tidak atau kurang
mendapatkan semuanya, ia akan merasa kosong. Disinilah letak permasalahannya ia
akan mencari hal-hal diluar rumah untuk memenuhi kebutuhannya. Apabila dia
melakukan dengan kegiatan yang positif seperti ke gereja atau keluar menonton
bioskop dan makan bersama teman-teman sekolah mungkin itu masih lebih baik.
Namun kalau tidak hati-hati, wanita remaja menjadi sasaran empuk untuk
dimanfaatkan banyak pria yang tidak bertanggung jawab.
3.
Tuntutan orang tua akan prestasi-prestasi akademik dan kemampuan
atau ketrampilan yang lebih.
Pada zaman sekarang hampir
semua anak dituntut untuk cerdas dan berprestasi di sekolah dan kelebihan
diluar sekolah. Masuk ke sekolah yang terkenal adalah sebuah kebanggaan
tersendiri orang tua, apalagi mendapatkan prestasi akademik yang mencengangkan.
Diluar sekolahpun mereka diharapkan mengikuti kursus hal ini akan menambah
daftar anak untuk menjadi remaja putri yang pintar dan menarik. Namun
sebaliknya, kalau hanya satu atau dua bidang saja kelebihannya maka ia akan
merasa kurang dihargai dan tidak menarik.
Perasaan ini menyebabkan
dorongan untuk dicintai dan diperhatikan para pria semakin besar. Seakan-akan
mengatakan “tidak apa-apa saya tidak bisa didalam akademik, asalkan ada pria
yang mau mendekati saya.” Selain menunjukkan kecantikannya, saat ini pula
remaja putri rela mengeluarkan uang untuk mendapatkan hati sang prianya. Lebih
parah lagi adalah remaja putri yang berani menjajakan tubuhnya untuk sang
prianya. Misalnya mengirimkan foto bugilnya melalui dunia maya atau telepon
selular. Tidak menutup kemungkinan juga melakukan hubungan seks diluar nikah.
Harapanny;a hanya satu, yaitu tetap dicintai si pria yang mendekatinya.
Kita tentu tidak akan rela bila remaja putri menjadi
korban dari pria-pria yang dimanfaatkan dirinya oleh sebab itu perlu melakukan
tindakan-tindakan nyata untuk mencegah hal tersebut antara lain :
1.
Sejak
masih kecil, jangan terbiasa untuk member penekanan pada penampilan jasmaniah.
Sering kita mengatakan kepada anak
perempuan utnuk rajin olah raga agar kamu langsing dan cantik. Menyimpulkan
jadi wanita jangan gemuk-gemuk nanti jelek dan tidak ada yang suka sama kamu.
Sebaliknya kita tekankan pada kesehatan kalau sering ber olah raga kamu akan
sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Karena anak-anak yang diberikan
konsep cantik atau jelek secara jasmaniah akan rentan sekali dan minder bila
tidak tercapai standar kecantikan tertentu.
2.
Lebih
baik membangun kualitas batiniah ketimbang kualitas jasmaniah.
Cantik adalah kualitas jasmaniah dan
tidak semua orang bisa mendapatkannya. Sedangkan karakter adalah kualiatan
batiniah dan semua orang perlu dan bisa membangunnya. Jelaskan bahwa kecantikan
atau jasmaniah bersifat sementara berjangka pendek. Sebaliknya karakter yang
menyenangkan atau kualitas batiniah yang baik akan jauh lebih bertahan lama.
Misalnya dari foto masa kecil remaja dan dewasa seorang ibu wajahnya akan berubah
karena bertambahnya usia. Tapi ada yang tidak berubah yaitu karakter ibu yang
menyenangkan, orang yang sabar, mau menolong, dan setia terhadap keluarga itu
yang membuat ayah mengangumi dan memilih ibu.
Karakter yang baik adalah semua jenis
karakter yang Tuhan inginkan, bukan saja orang lain inginkan. Misalnya diarahkan
ke sikap menjadi orang rajin, ramah, tidak sombong, murah hati, mengutamakan
kepentingan orang lain, bersikap adil, menyuarakan kebenaran, dan lain
sebagainya. Percayalah itu semua akan menjadi daya tarik bagi orang-orang lain.
Mengalihkan remaja putri kita lebih baik mencari teman banyak dari pada
keinginan mencari pacar.
3.
Menerima
dan mengasihi anak kita apa adanya.
Remaja putri kita perlu diyakinkan bahwa
ia dikasi oleh orang tuanya bukan karena dia cantik dan tuntutan pintar, namun
karena ia adalah pemberian Tuhan yang berharga. Jangan sampai hanya
menginginkan prestasi menyanjung ketika dapat nilai bagus, dan menyalahkan
ketika nilainya turun. Apalagi membandingkan dengan remaja putri lain yang
lebih dari dia. Bagaimanapun kita perlu maanyadari bahwa anak dalam kondisi
apapun adalah pemberian dari Tuhan.
4.
Bergaul
akrab dengan anak perempuan seperti sebagai temannya.
Tidak jarang orang tua justru lebih
banyak meluangkan waktunya bergaul dengan teman-teman kantornya. Setelah pulang
kerja, ada orang tua yang tidak langsung pulang rumah. Selalu aja ada acara
selepas pulang kerjadan paginya sudah berangkat kerja lagi. Kita perlu
mengingat kembali secara kodrati anak perempuan lebih membutuhkan ekspresi
kasih sayang orang tua ketimbang anak laki-laki. Sebab itu, ia sangat
menantikan waktu-waktu dimana kita dapat bergaul akrab dengannya. Misalnya kita
dapat berikan kejutan hadiah kesukaannya. Kita perhatikan apa yang ia inginkan
atau seringkali ungkapkan rasa sayang.
Tindakan yang disarankan tadi merupakan suatu hal
yang penting untuk mempersiapkan anak kita memasuki remajanya.perlu diingat
ketika anak memasuki masa remaja adalah proses pencarian jati diri. Gejolak
hormonal ini bisa mereka dapatkan dengan pengarahan yang benar dari orang tua,
maka pada masa remaja ia akan jauh lebih kuat dalam menghadapi tantangannya.
Selamat menuntun remaja putri kesayangan Tuhan yang sudah dititipkan kepada
kita.
PENUTUP
Memahami perkembangan remaja adalah kebutuhan kasih
sayang yang harus diberikan ke anak. Dalam
perkembangan anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian orang tua, termasuk
anak perempuan. Apabila anak merasa dikasihi secara cukup oleh orang tua maka
dirinya pun akan merasa kuat di dalam keluarganya. Sebaliknya jika anak banyak
menerima kenyataan bahwa orang tuanya tidak memiliki waktu interaksi
berkualitas dengan dirinya karena sibuk dengan pekerjaannya, anak tidak dapat
kasih sayang secara cukup.
Memberikan pengertian bahwa cantik
adalah kualitas jasmaniah dan tidak semua orang bisa mendapatkannya. Sedangkan
karakter adalah kualitas batiniah dan semua orang perlu dan bisa membangunnya.
Jelaskan bahwa kecantikan atau jasmaniah bersifat sementara berjangka pendek.
Sebaliknya karakter yang menyenangkan atau kualitas batiniah yang baik akan
jauh lebih bertahan lama. Tapi ada yang tidak berubah yaitu karakter ibu yang
menyenangkan, orang yang sabar, mau menolong, dan setia terhadap keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mighwar. Memahami
Masalah Sosial. 2006. Jakarta: Puspaswara.
Badan
pusat statistik kota Semarang tahun 2009
Dewi,
Ambarsari, et.all. Kebijakan publik dan Partisipasi Perempuan. 2002. Jakarta:
Pattiro.
Depkes RI, 2002
Nurdin,.Fadlin,
M. Pengantar studi Kesejahteraan Sosial.
1990. Bandung: Angkasa.
Odi,
Solahudin. Anak Jalanan Perempuan. 2000. Semarang: Yayasan Setara.
Undang-undang
No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.